Penulis
Intisari-Online.com - Saat ini, beberapa orangtua sudah sibuk mempersiapkan anak mereka untuk mencari sekolah. Mulai dari kelompok bermain (play group) sampai jenjang sekolah menengah. Beberapa sekolah sudah membuka pendaftaran itu.
Dalam beberapa tahun terakhir ini berbagai kelompok bermain tumbuh bak jamur di musim hujan. Mana yang cocok untuk kondisi Indonesia? Tak perlu bingung. Yang perlu Anda lakukan hanyalah: perhatikan beberapa faktor berikut ketika memilih.
Jangan hanya karena alasan gengsi lantas Anda memasukkan buah hati ke playgroup bilingual. Program bilingual kurang bermakna baginya jika kemudian tidak dilanjutkan di TK atau SD bilingual. Menurut Wining Rohani, psikolog pendidikan anak, dalam batas tertentu si kecil bisa mengalami kebingungan jika dalam percakapan sehari-hari bahasa itu tidak pernah digunakan. "Harus ada kesinambungan antara stimulasi yang didapat di kelas dan di rumah,” terangnya.
Menurut Metia Alfazuna, Koordinator Pembimbing Sanggar Kreativitas Bobo (SKB), semakin belia umur anak, semakin banyak tenaga yang diperlukan. Sebagai contoh, untuk anak usia 3 - 4 tahun, 1 guru bisa menangani 10 siswa tanpa masalah berarti. Sementara untuk anak-anak usia 2 tahun, 1 orang guru mungkin akan kewalahan jika harus menangani lebih dari 7 siswa.
Menurut V. Etty Rusiwiani, Pimpinan SKB, usia playgroup adalah usia bermain. Anda tidak perlu memaksakan berbagai kegiatan kelas kepadanya. Meskipun semua konsepnya bermain, tapi anak-anak juga bisa merasa capek. Ada saatnya nanti anak masuk sekolah formal.
Anda juga tidak perlu memaksakan anak untuk mengikuti kelas di atas kemampuannya.
Ini merupakan hak setiap orangtua. Biasanya penyelenggara playgroup mengizinkan. Bahkan beberapa playgroup tertentu menyediakan kelas khusus yang memang dibuka tiap bulan tertentu untuk kelas percobaan secara gratis.
Sebagai orangtua, Anda tidak perlu malu untuk bertanya dan melihat-lihat. Ajak anak untuk jalan-jalan, lalu cari yang terbaik. Masing-masing playgroup punya kelebihan dan kekurangan.