Oh, Menikahlah Denganku ...

Agus Surono

Penulis

Oh, Menikahlah Denganku ...

Intisari-Online.com -Terserah Anda sedang mabuk kepayang atau sakit hati, yang jelas sulit untuk melupakan hubungan yang telah terjalin. Tahukah Anda bahwa ada lima manfaat dari hubungan yang Anda rajut itu?

  1. Lebih sedikit mengalami masalah mental

    Pasangan terkadang bikin kita seperti orang gila – tidak dalam arti yang sebenarnya lo. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Florida State University pada tahun 2010 yang mengamati 1.621 mahasiswa, ternyata mereka yang memiliki pengalaman relasi memiliki masalah kesehatan mental lebih sedikit dibandingkan mereka yang melajang senantiasa.

    Dalam kenyataan, penelitian menunjukkan bahwa tidak saja mereka yang tidak berpacaran, namun mereka yang memiliki lebih banyak pasangan seksual juga mengalami lebih banyak persoalan kesehatan fisik dan mental.

    Kecenderungan yang sama bisa ditemukan pada orang dewasa. Menurut American Journal of Sociology, dibandingkan dengan mereka yang berpasangan, pria dan wanita lajang memiliki perbedaan yang kentara dalam hal depresi, kecemasan, perubahan mood, persoalan adaptasi, perilaku untuk bunuh diri, dan bentuk distres lainnya.

    Penelitian itu juga menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang berpasangan memiliki keuntungan dalam hal kesehatan mental.

  2. Mengurangi rasa sakit

    Ingat lagu balada “Love Hurts”? Cinta menyakitkan. Namun peneliti menemukan hal yang sebaliknya. Cinta bisa membantu rasa sakit Anda. Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Plos ONE tahun 2010 memaparkan hubungan antara pelepasan rasa sakit, perasaan romantis jatuh cinta, dan pengaktifan sistem penghargaan di dalam otak.

    Para peneliti mengamati 15 mahasiswa yang di telapak tangannya diletakkan benda panas sambil diperlihatkan dua gambar wanita yang sama-sama menarik. Yang pertama gambar kekasihnya, yang kedua gambar orang lain yang belum pernah dikenalnya. Hasilnya, dengan melihat gambar kekasihnya mereka merasakan tidak sakit. Dari pindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI), ternyata ketika mereka melihat kekasihnya otak mengolah sistem penghargaan sehingga bisa mengurangi aktivitas otak yang mengolah rasa sakit.

  3. Mengurangi stres

    Penelitian terbaru menemukan bahwa orang lajang lebih rentan terhadap stres psikologis dibandingkan dengan mereka yang berpacaran atau menikah. Status hubungan ternyata berpengaruh terhadap produksi kortisol, hormon stres, selama muncul stres.

    Sementara itu, penelitian lain di Journal of Family Psychology menemukan bahwa wanita dengan dukungan pasangan mengalami ketegangan perkawinan yang rendah. Pada gilirannya hal ini akan membuatnya lebih baik dalam menghadapi stres dalam hubungan perkawinan. Para peneliti juga menyarankan bahwa pasangan yang puas dengan hubungan mereka supaya membantu pasangan lain yang sedang mengalami stres.

  4. Hidup lebih lama

    Penelitian longitudinal dan data sensus menunjukkan bahwa orang dewasa lajang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk meninggal lebih dulu dibandingkan dengan mereka yang menikah. Penelitian yang dilakukan Biro Sensus AS tahun 2000 terhadap 281.460 penduduk berusia di atas 45 tahun yang tidak menikah ternyata risiko meninggal secara signifikan meningkat dibandingkan dengan mereka yang menikah pada periode yang sama. Bahkan setelah ada penyesuaian untuk faktor-faktor sosioekonomi lainnya. Hal yang sama juga terjadi di Inggris Raya, Swedia, Denmark, dan Belanda.

    Bahkan, pada penelitian tahun 2011 yang diselenggarakan oleh University of Pennsylvania dan diterbitkan di Journal of Aging and Health terungkap bahwa mereka yang menikah dalam jangka waktu lama (dibandingkan dengan mereka yang melajang terus atau dalam masa peralihan antara berpisah dan bercerai) memiliki hidup lebih lama di antara para pria dengan pendapatan rendah dan sosioekonomi tak setara.

    Mengapa menikah atau memiliki pasangan bisa hidup lebih lama? Bisa jadi karena mereka memiliki dukungan jaringan sosial baik dari istri atau anak-anaknya yang merangsang untuk selalu berhubungan dengan keluarga dibandingkan dengan mereka yang tidak menikah atau melajang.

  5. Kebahagiaan

    Beberapa pasangan yang mabuk cinta kelihatannya suka menunjukkan bagaimana kebahagiaan mereka berdua. Beberapa dari mereka benar-benar bahagia dibandingkan yang bujangan. Penelitian menunjukkan bahwa ketika memandang seseorang yang kita percayai, sayangi, cintai, perasaan itu melibatkan beberapa wilayah di otak.

    Saat dipindai menggunakan MRI, pada tahap awal, romansa yang intensif dapat mengaktifkan wilayah di otak yang kaya akan dopamin. Menurut penelitian tahun 2005 di Journal of Neurophysiology, wilayah ini berhubungan dengan penghargaan, keinginan, adiksi, dan suasana eforia. Bahkan salah satu wilayah ini, anterior cingulate, bertanggung jawab terhadap perasaan memiliki, kognisi, dan emosi – karakter-karakter yang berhubungan dengan cinta.

    Cukup menarik, peneliti juga menyatakan bahwa citra MRI dari otak yang sedang jatuh cinta berbeda dengan citra mereka yang terangsang secara seksual.