Penulis
Intisari-Online.com - Saat ini, banyak orangtua yang enggan untuk menggunakan buku nama-nama bayi ketika akan mencari nama untuk anaknya. Hal ini terasa wajar, mengingat pilihan nama yang semakin banyak.
Jika harus memilih nama dari dua atau beberapa pilihan saja, mungkin tidak akan terlalu sulit. Namun, ketika harus memilih satu dari 15 ribu nama seperti dalam buku 15,000 Baby Names(Meadowbrook Press, 1997) maka Anda telah melibatkan diri Anda pada kondisi yang namanya stres. Sebenarnya jumlah tersebut belum seberapa bila dibandingkan dengan jumlah yang terdapat pada buku berikut ini, The Baby Name Countdown: 140,000 Popular and Unusual Baby Names(Da Capo Press, 2008).
Selain itu, seiring banyaknya pilihan nama, terkadang orangtua menyesali pilihan nama yang diberikan pada anaknya. Laura Wattenberg, seorang pakar nama bayi menyatakan, walaupun sulit untuk mencari data mengenai jumlah orangtua yang merubah nama anaknya, namun apabila melihat surat elektronik miliknya, maka dapat dikatakan bahwa saat ini terjadi peningkatan jumlah orangtua yang menyesal setelah memilihkan nama untuk anaknya.
Pada dasarnya orangtua memang selalu ingin memberikan nama sebaik mungkin bagi anaknya, selain itu beberapa nama diberikan dengan suatu tujuan dan harapan yang baik. Misalnya harapan agar nama yang diberikan dapat mempengaruhi hidup anak tersebut secara positif. Ya, nama adalah doa. Ambil contoh,apabila seorang anak laki-laki diberikan nama yang feminin sering kali mengalami masalah disiplin di sekolah. Alasan yang paling masuk akal dan paling sering muncul adalah karena sering digoda dan munculnya perasaan tidak aman.
Setiap orangtua tentu saja ingin mencarikan nama yang menarik sekaligus unik. Sayangnya, nama dengan kriteria tersebut semakin lama akan semakin populer. Akibatnya, buku-buku mengenai nama-nama bayi akan semakin tebal. Seperti buku yang memuat 140 ribu nama tadi.
Masalah dari ledakan nama-nama bayi ini ada pada sisi psikologis, yaitu semakin banyak pilihan maka semakin sulit untuk memilih, sehingga semakin stres orangtua yang sedang mencari nama untuk anaknya. Selain itu, semakin merasa sempurna dalam memilih nama, maka semakin besar penyesalan yang muncul ketika merasa salah memilih nama. Inilah yang disebut “paradoks dari pilihan.” Temuan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Barry Schwarts dari Swarthmore College.
Penyesalan yang muncul biasanya diakibatkan kesalahan ejaan ketika menggunakan suatu nama yang dianggap sangat unik. Orangtua yang lain mengalami penyesalan ketika nama yang dipilih ternyata diasosiasikan pada berbagai hal yang tidak menyenangkan.
Seorang anak tentu saja tumbuh dalam situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi, termasuk dalam hal asosiasi dengan nama yang diberikan. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan penyesalan. Namun, tetap saja kebanyakan orangtua terlalu takut untuk mengubah nama anaknya tersebut.
Untuk mengatasi masalah-masalah ketika memilih nama anak, Wattenberg mengingatkan untuk selalu membuat daftar nama sesedikit mungkin sehingga Anda memiliki banyak pilihan yang baik. (LiveScience)