Semakin Berkuasa, Perempuan Semakin Stres

Ade Sulaeman

Penulis

Semakin Berkuasa, Perempuan Semakin Stres

Intisari-Online.com - “Perempuan Besi” yang asli, mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher telah meninggal dunia di usia 87. Saat Thatcher dinyatakan meninggal karena stroke, hal tersebut menunjukkan sesuatu yang sangat umum: semakin berkuasa seorang perempuan, maka semakin sering dia menghadapi beban stres.

Sebagai contoh, stres saat bekerja meningkatkan risiko perempuan untuk mengalami serangan jantung dan stroke, bahkan ketika mereka memiliki banyak kendali atas posisi mereka. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki kendali yang lebih besar dalam suatu pekerjaan dapat menempatkan seseorang pada posisi dengan tingkat stres yang tinggi.

Berada pada suatu pekerjaan dengan kendali yang lebih besar, seperti posisi manajemen atau eksekutif, menunjukkan tingkat tertentu dari suatu kekuasaan. Akan tetapi, dari sudut kantor, lokasi mereka biasanya ditempatkan, memberi para perempuan ini peningkatan tekanan pada kinerja mereka. Hal ini, menurut Dr. Michelle Albert dari Brigham and Women's Hospital, disebabkan sedikitnya perempuan yang berada di posisi seperti itu.

Stres ini dianggap dapat memberi tekanan pada jantung perempuan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Penn State, selama periode stres, aliran darah pada jantung laki-laki meningkat, namun perempuan justru tidak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan perempuan lebih rentan untuk mengalami gangguan jantung saat stres.

Baik perempuan maupun laki-laki kerap sama-sama melaporkan adanya konflik antara urusan keluarga dan urusan pekerjaan. Hanya saja, sebuah penelitian di Kanada menunjukkan adanya perbedaan pengalaman dari konflik tersebut jika dilihat dari sisi gender. Perempuan lebih banyak merasa tertekan saat harus mengurusi pekerjaan yang jauh dari kehidupan keluarganya, sedangkan para laki-laki justru merasakan hal yang sebaliknya. (MyHealthNewsDaily)