Find Us On Social Media :

Bukti Cinta Lebih Tinggi Dari Tahta, 4 Putri Jepang Ini Rela Turun Kasta Demi Menikahi Rakyat Jelata

By Afif Khoirul M, Kamis, 31 Mei 2018 | 11:00 WIB

Intisari-Online.com - Kasta dan tahta adalah masalah klasik yang membatasi kisah cinta seseorang di dunia ini.

Sejak-bertahun-tahun lalu, banyak orang dengan trah bangsawan akan memilih pasangan dari golongan bangsawan pula.

Sebaliknya rakyat jelata juga hanya memiliki pilihan untuk menikahi kaum atau rakyat jelata pula.

Bahkan hal semacam ini telah membudaya hingga saat ini, dan tanpa kita sadari hal ini masih terus ada, dan menjadi jurang pemisah kisah cinta orang-orang pada umumnya.

Baca Juga : Lika-liku Kisah Cinta Pangeran Charles dan Camilla: Kenal Duluan, Skandal Perselingkuhan, Akhirnya Hidup Berdampingan

Baca Juga : 'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat

Namun, ada beberapa orang menganggap cinta lebih tinggi dari kasta, dan jika hati sudah berkata, lantas kasta bisa apa ?

Itulah yang dialami oleh 4 puteri asal kerajaan Jepang ini mereka tak memandang trah kebangsawanan seseorang atau bahkan status dirinya dan memutus tradisi tersebut.

Berikut inilah 4 puteri dari kerajaan Jepang yang memilih menikahi rakyat jelata :

1. Puteri Sayako Kuroda 

Baca Juga : Asyik Berlibur, Bocah Tak Sengaja Temukan Pedang Legendaris Excalibur Milik Raja Arthur

Puteri Sayako Kuroda adalah seorang putri asal kekaisaran Jepang, ia mendapat julukan putri Nori.

Sayako adalah salah satu Puteri yang sangat hebat dan kisahnya sungguh menyentuh hati ketika berjuang demi cintanya.

Ia adalah anak satu-satunya dari Kaisar Akihito, namun kisah hidupnya berubah drastis semenjak ia bertemu dengen seorang pria bernama Yoshiki Kuroda.

Yoshiki mampu membuat sang putri jatuh hati hingga akhirnya mereka menikah, padahal Yoshiki sendiri tidak memiliki trah bangsawan dan hanyalah rakyat biasa.

Alhasil Puteri Sayako setelah menikah meninggalkan istana bahkan pernikahannyapun dibiayai dengan uangya sendiri.

Selanjutnya Sayako dan Yoshiki hidup mandiri dan bekerja keras untuk hidup mereka tanpa bantuan dari kaisar.

2. Puteri Noriko Senge 

Baca Juga : Masih Ingat Kakek 75 Tahun yang Nikahi Gadis Berusia 25 Tahun? Begini Kondisi Keduanya Sekarang

Ini adalah pernikahan kedua semenjak Puteri Sayako menikah dengan rakyat biasa kisahnya pun hampir serupa dengan kisah putri Sayako

Namun, Puteri Noriko menikahi seorang putra dari imam kepala dari kuil besar Izumo Taisha di Prefektur Shimane.

Karena pernikahannya dengan orang yang bukan dari golongan bangsawan Puteri Noriko juga melepas status kebangsawanannya.

Meski menikah dengan rakyat biasa itu adalah pernikahan pertama  yang dihadiri oleh keluarga kerajaan setelah pernikahan Puteri Sayako.

Selanjutnya mereka tinggal di rumah yang terletak di samping kuil, dan akan membantu acara ritual dan festival yang biasa diselenggaran di kuil tersebut.

Keduanya terjebak kisah cinta setelah melalui hari-harinya dengan pengamatan burung dan menanam pohon.

3. Puteri Takako Suga

Puteri Takako Suga adalah anak bungsu dari Kaisar Jepang Hiroto yang menikahi rakyat biasa.

Namun, kisahnya cukup lama dimana ia menikah pada tahun 1960 dengan seorang pria bernama Hisagana Shimazu.

Akibat menikah dengan orang biasa Puteri Takako harus melepaskan status kebangsawanannya.

Bahkan ia juga mengikuti nama suaminya menjadu Takako Shimazu, meski kehilangan status kebangsawannya.

Pernikahan keduanya tercatat sebagai pernikahan termegah yang pernah ada.

4. Puteri Mako

Puteri Mako adalah seorang puteri asal kerajaan Jepang terakhir yang menikah dengan rakyat biasa.

Ia terlibat cinta dengan rakyat biasa yang dikenalnya ketika bangku kuliah pada tahun 2012 di Universitas International Tokyo dengan seorang pria bernama Kei Kumuro.

Meski keduanya sudah terlibat cinta dan dikabarkan akan menikah pada 2017, kabarnya pernikahan mereka tertunda hingga waktu yang belum ditentukan.

Sebab pada Agustus lalu Kaisar Akihito mengisyaratkan bakal lengser dari jabatannya mengingat usianya yang sudah menua.

Hingga keputusan Puteri Mako tersebut memicu perdebatan mengenai keluarga kerajaan.

Sesuai hukum yang berlaku sang puteri juga harus melepaskan status kebangsawanannya, setelah menikah dengan rakyat biasa. (Afif Khoirul M)