Bumi Manusia Difilmkan: Peran Penting Nyai Ontosoroh, Gundik 'Penyadar' Minke

Ade Sulaeman

Penulis

'Kau harus bertindak terhadap siapa saja yang mengambil sebagian dari milikmu, sekalipun hanya segumpil batu yang terletak di bawah jendela.'

Intisari-Online.com- Sutradara Hanung Bramantyo dibawah naungan rumah produksi Falcon Pictures, tengah menggarap film adaptasi novel Bumi Manusia.

Novel karya sastrawan asal Blora, Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) itu menampilkan berbagai tokoh sebagai penyambung idealisme pengarang.

Selain Minke (tokoh utama) adalah Nyai Ontosoroh yang kehadirannya bisa dibilang penting dalam membentuk kepribadian Minke.

Dalam film, Nyai Ontosoroh sendiri diperankan oleh aktris Sha Ine Febriyanti yang mengaku sangat ingin memerankan tokoh gundik pria Eropa ini.

Baca Juga:Tak Perlu ke Tukang Jahit, Ritsleting Rusak Bisa Diperbaiki dengan Mudah, Gampang Banget!

Nyai Ontosoroh menjadi semacam katalisator untuk menyadarkan apa yang Minke harus lakukan.

Dia membuka mata Minke terhadap kepentingan ilmu pengetahuan Barat & mengajarkan asas yang tak diperoleh Minke di sekolah, buku, atau surat kabar.

Sanikem/ Nyai Ontosoroh

Namanya adalah Sanikem, setidaknya sebelum wanita ini dijual oleh ayah kandungnya sendiri untuk menjadi gundik (istri tidak resmi) Tuan Herman Mellema.

Baca Juga:Fadli Zon Bantah Selingkuhi Janda, Begini Cara Menyadap Whatsapp Pasangan

Pada zaman kolonial, para gundik pria Eropa disebut 'Nyai.'

Meski begitu Nyai yang kemudian mendapat sebutan Ontosoroh ini bukanlah sampah yang hina-dina.

Nyai Ontosoroh dalam novel yang ditulis Pram pada 1975 kala dirinya mendekam di Pulau Buru ini nampaknya menampung seruan yang ditujukannya pada kaum wanita.

Seperti yang dikatakan Koh Young Hun dalam bukunya Pramoedya Menggugat (2011), yakni untuk menyadarkan bahwa bunga-bunga nasionalis itu ada di tangan mereka.

Baca Juga:Kisah Sang Putri yang Tak Pernah Benar-benar Bisa Mencintai Dodi

Keberadaan Nyai Ontosoroh juga membawa pesan agar wanita tidak mudah tunduk kepada lelaki.

Nyai memang menjadi korban ayahnya yang rakus, tetapi dia menemukan kekuatan dalam keadaan tragis itu untuk menempa dirinya sendiri.

Dia yang sebenarnya buta huruf, berkat pengajaran tuannya, menjadi berani mengemukakan pendapat.

Berkat ajaran tuannya itu pula, Nyai berhasil mengembangkan perusahaan pertanian.

Baca Juga:Dua Anak Ini Menangis Saat Lihat Pelayan Restoran Itu Ternyata Ayahnya yang 'Hilang' Selama Tiga Tahun

Bahkan bersama anaknya, Annelies (kekasih Minke), mereka menjadi tulang punggung perusahaan setelah Tuan Mellema disingkirkan oleh Nyai.

Menurut Carmel Budiardjo, Nyai Ontosoroh berperan besar mendorong Minke bergerak ke arah pikiran-pikiran serta nilai-nilai baru, sehingga akhirnya menjadi seorang pejuang.

"Kau harus bertindak terhadap siapa saja yang mengambil seluruh atau sebagian dari milikmu, sekalipun hanya segumpil batu yang terletak di bawah jendela," ucapnya pada Minke.

Bisa dibilang, Pram berhasil memaparkan kekuatan citra wanita yang bangkit apabila ditindas oleh ketidakadilan sistem penjajahan.

Baca Juga:Bumi Manusia Difilmkan, Inilah Persona Minke yang Kontradiktif, Titik Pertemuan 2 Budaya

Artikel Terkait