Penulis
Intisari-Online.com - Serangan bom yang menyerang tiga gereja di Surabaya (13/5/2018) telah menyisakan duka mendalam bagi siapa pun yang mengikuti laporan media.
Rasanya, air mata pun sudah tak dapat lagi dialirkan dari pipi ini.
Terlebih bila kita mengetahui adanya korban anak-anak dalam peristiwa tersebut.
Di antara korban meninggal dunia karena ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, tersebutlah dua kakak-beradik Vicencius Evan (11) dan Nathanael (8).
Ibu mereka, Wenny, juga mengalami luka akibat pecahan bom yang terlempar, dan saat ini masih dirawat di RS.
Tetapi, pada saat anaknya akan dimasukkan ke dalam peti, sang Ibu, memaksakan diri untuk melihat jenazah kedua anaknya di rumah duka Adijasa.
Berikut ini Singky Soewadji, dalam akun Facebook-nya, menuliskan perasaannya ketika melihat sang Ibu melihat jenazah kedua anaknya yang telah terbujur kaku.
Wenny, mamanya almarhun Evan (11 tahun) dan Nathan (8 tahun) datang ke Adijasa pakai ambulance dibawa pakai tempat tidur rumah sakit untuk melihat jenazah anaknya dimasukkan dalam peti.
Wenny terkena perut dan kakinya, harus kembali lagi ke RS, hanya iberi waktu 4 jam oleh dokter.
Banyak tamu yang datang pada ikut menangis. Kedua jantung hatinya meninggal saat diajak beribadah di rumah Tuhan. Banyak wartawan dan Polisi di Adijasa.
Ada yang sangat luar biasa !
Wenny mamanya kedua alnarhum tadi sudah bisa duduk walau hanya di tempat tidur sejak dari Rumah Sakit, dan bicaranya juga tegas.
Dia malah nasehati, sudah jangan menangis lagi, jangan suka marahin anak, nanti menyesal.
Wenny dari Rumah Sakit datang ke Adiyasa untuk meliat kedua anaknya yang terbujur kaku untuk yang terakhir kali ..
Wenny juga sempet bicara, bahwa dia sudah memaafkan orang yang nge-bom ...! Dia ingin meneladani Bunda Maria yang anak satu-satunya disiksa dan disalibkan untuk menebus dosa kita manusia.
Tuhan memberi kekuatan extra luar biasa buat Wenny. Pray for them !
Baca juga: Tidak Kuat Melihat Kondisi Korban Bom Bunuh Diri Surabaya, Sejumlah Saksi Mata Tak Berani Menolong
Dari postingan di Facebook-nya, Singky Soewadji juga merekam bagaimana ciuman dan usapan terakhir sang Ibu pada kedua ananda terkasihnya.
Siapapun tidak ingin kehilangan buah hatinya dengan cara yang tidak manusiawi.
Tetapi Ibu Wenny memberikan contoh nyata bagaimana harus menerima apa yang sudah terjadi karena kehendakNya dan bagaimana harus bisa mengampuni orang yang telah mencelakakan anaknya.
Karena ia percaya, Tuhan-lah Sang Maha Pengampun.
Baca juga: Menurut Tito Karnavian, Ini Alasan Kenapa Surabaya Menjadi Sasaran Serangan Bom Bunuh Diri