Advertorial

Menurut Tito Karnavian, Ini Alasan Kenapa Surabaya Menjadi Sasaran Serangan Bom Bunuh Diri

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Bisa disimpulkan, serangan-serangan yang terjadi di Surabaya sudah direncanakan jauh-jauh hari dengan sangat matang.
Bisa disimpulkan, serangan-serangan yang terjadi di Surabaya sudah direncanakan jauh-jauh hari dengan sangat matang.

Intisari-Online.com -Kota Pahlawan Surabaya benar-benar tengah menghadapi tragedi pada dua hari ini, Minggu (13/5) hingga Senin (14/5).

Bermula pada Minggu pagi ketika bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara pada 07.30 WIB, lalu di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno lima menit berselang, lalu di GKI di Jalan Diponegoro tak lama berselang.

Tak sampai di situ, pada Minggu malam, kembali terjadi ledakan di Rusunawa di daerah Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, dan ditutup kejadian di gapura Polrestabes Surabaya.

Soal ledakan di rusunawa Taman, menurut Kapolri Tito Karnavian dalam keterangan persnya di Mapolda Jawa Timur, kemungkinan besar itu ledakan kecelakaan—yang akhirnya memakan tiga korban jiwa.

Baca juga:Tito Karnavian: Bom yang Dipakai di Surabaya Diduga Jenis 'The Mother of Satan', Sangat Sensitif, Khas ISIS di Irak dan Suriah

Pertanyaannya, kenapa Surabaya?

Untuk menjawab ini, Tito Karnavian mencoba merunut dari sosok Aman Abdurrahman.

Setelah Aman Abdurrahman, yang diduga sebagai pimpinan Jamaah Anshorud Daulah (JAD), ditangkap polisi karena dianggap mendalangi dan mendanai sejumlah aksi teror di Indonesia, pimpinan tertinggi JAD diserahkan kepada Zainal Anshori.

Zainal, yang juga bisa disebut sebagai Abu Fahry, terpilih menjadi pemimpin JAD di Malang pada November 2015.

Tapi Zainal juga berhasil dicokok polisi, setelah disebut mendanai masuknya senjata api ilegal dari Filipina Selatan ke Indonesia.

Nah, “Itulah yang kemungkinan membuat jaringan JAD di Jatim, khususnya di Surabaya, memanas dan ingin melakukan pembalasan dendam,” ujar Tito.

Tentu saja ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Tito juga menyebut bahwa kejadian di Mako Brimob beberapa hari yang lalu tak sekadar urusan makanan yang tak boleh masuk.

Selain Tito menduga ada instruksi dari pusat (Suriah), ada upaya untuk membalas dendam pascaditangkapnya pemimpin mereka.

Di Jatim sendiri, menurut Tito, kelompok yang paling reaktif adalah JAD cabang Surabaya yang diduga dipimpin oleh Dita Supriyanto. Dan puncak reaksi mereka adalah pada dua hari ini.

Baca juga:AKBP Roni Nekat Selamatkan Anak Terduga Teroris Bom Polrestabes Surabaya dari Ledakan, 'Ini Demi Kemanusiaan'

Selain itu, dalam ledakan bom di rusunawa Taman, Sidoarjo, salah satu korban yang meninggal bernama Anton. Anton sendiri diduga teman dekat Dita.

“Keduanya aktif berhubungan dan pernah berkunjung ke lapas narapidana terorisme di Tulungagung pada 2016 lalu,” kata Tito, lagi.

Dalam waktu yang bersamaat, kepolisian juga berhasil menembak mati Budi Satrio yang melalukan perlawanan saat hendak ditangkap.

Budi Satrio sendiri, masih menurut Tito, diduga sebagai orang nomor dua di JAD Surabaya.

Begitulah, “Kenapa Surabaya? Karena salah satu pimpinan mereka di Jawa Timur ditangkap, di samping Aman (Abdurrahman), juga instruksi pusat (Suriah),” tutup Tito.

Artikel Terkait