Find Us On Social Media :

Rahasia Kehidupan dan Jalan Ketenangan

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 9 November 2013 | 21:00 WIB

Rahasia Kehidupan dan Jalan Ketenangan

Intisari-Online.com – Seorang pria mendatangi seorang Guru yang diseganinya, “Guru, saya bosan hidup. Rumah tangga saya berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.”

Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”

“Tidak, Guru, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” jelas pria itu lagi.

“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”

Pria itu bingung. Pikirnya, setiap orang bijak yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi, yang satu ini sebaliknya, justru menawarkan racun.

Sesampainya di rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Guru tadi. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau bersama keluarganya. Sebelum tidur, ia mencium istrinya, dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”

Esok paginya ketika bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Ia pun tergoda untuk jalan pagi.

Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satu untuk istrinya.

Istrinya yang merasa aneh, terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yang terjadi? Selama ini mungkin aku punya salah ya, maafkan aku ya, sayang…”

Kemudian pria itu menuju kantornya, menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung. “Hari ini bos kita kok aneh ya?”

Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah sore harinya, istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.”

Demikian halnya dengan anak-anaknya, mereka bermanjaan dengan sang ayah.

Tiba-tiba ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi, bagaimana dengan racun yang sudah terlanjur diminumnya?

Bergegas ia mendatangi sang Guru, dan bertanya dengan cemas mengenai racun yang telah ia minum kemarin. Sang Guru dengan tenang mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya halanya air biasa. Saya bersyukur, ternyata kau sudah sembuh.”

Lanjut Sang Guru, “Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan ‘belenggu egomu’. Satu kata untumu, ‘bersyukurlah’. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan.”