Find Us On Social Media :

Gunungbunder, Alternatif Ketika Puncak Membosankan

By Agus Surono, Kamis, 8 Desember 2016 | 16:42 WIB

Gunungbunder, Alternatif Ketika Puncak Membosankan

Intisari-Online.com - Jika bosan ke Puncak, Gunungbunder bisa jadi alternatif. Lokasinya pun mudah dijangkau dan tak terlalu jauh dari Jakarta. Alamnya masih asri dan banyak objek wisata yang bisa disambangi.

Gunungbunder adalah nama wilayah, sama seperti Gunungketur di Yogyakarta. Hanya saja jika Gunungketur ada di perkotaan, Desa Gunungbunder ada di ketinggian di atas 750-an mdpl. Dengan ketinggian segitu maka Gunungbunder memang pantas disandingkan dengan Puncak sebagai kawasan tetirah. Hanya saja jangan membayangkan kawasan Gunungbunder ini ingar-bingar seperti kawasan Puncak. Tak ada restoran atau factory outlet. Jalan menuju ke sini kecil karena masuk jalan kampung. Jangan kaget juga kalau sinyal telepon seluler tiba-tiba hilang.

(Baca juga: Terlalu Indah, Inilah 8 Kapal Karam yang Menjadi Obyek Wisata di Dunia)

Meski begitu, berakhir pekan di Gunungbunder bisa mengembalikan stamina pikiran yang terkuras selama seminggu. Saat malam lingsir dan duduk di beranda sebuah resort dengan pemandangan kerlap-kerlip lampu kota Jakarta di kejauhan, teman saya berseloroh, "Wah, kalau sudah begini sepertinya lupa dengan utang-utang. Jadi pengin pensiun dini nih!"

Kawasan Gunungbunder bisa dicapai dari banyak arah. Saya saat itu masuk dari Ciampea. Berangkat dari Jakarta sudah malam sehingga tidak banyak yang bisa dinikmati selama perjalanan. Sampai di rumah milik Ibu Lalita sudah menjelang tengah malam. Setelah beberes, saya pun mengobrol dengan teman-teman di teras vila yang memiliki pemandangan lepas ke arah kota Jakarta. Kaki malam yang beranjak ke pergantian hari tak menyurutkan niat untuk terus berjaga. Hanya karena ingat besok banyak yang harus dikerjakan maka saya pun memutuskan tidur. Curug, kawah, dan air panas Sungguh suatu anugerah tidur di kaki gunung. Terlebih sinyal ponsel tulalit. Jadi tak ada nyamuk yang mengganggu atau panggilan telepon yang kadang tak tahu bahwa empunya sedang menikmati tidurnya. Begitu membuka jendela mata langsung teduh menikmati pemandangan bukit-bukit di bawah sana yang masih berselimut kabut. Pagi ini sampai entah kapan, saya akan menyusuri Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Dari penginapan Ibu Lalita ternyata tidak jauh untuk menuju ke gerbang TNGHS. Di kawasan ini Pemerintah Kabupaten Bogor mengembangkan daerah wisata Gunung Salak Endah (GSE) sebagai wisata alternatif Puncak yang sudah macet saat libur panjang.

(Baca juga: Yang Harus Disiapkan Saat Liburan di Musim Hujan)

Objek wisata yang dijual di sini meliputi curug (air terjun), pemandian air panas, bumi perkemahan, dan Kawah Ratu. Bagi yang mau menguji nyali bisa mencoba "flying pox" (seperti yang tertulis di sebuah papan, maksudnya sih flying fox). Meluncur dari ketinggian selama beberapa detik akan memberikan sensasi tersendiri.

GSE memiliki banyak curug atau air terjun. Di wilayah pegunungan ini patahan kulit bumi terbentuk dan memotong aliran air yang mengalir dari mata air pegunungan. Ada Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Seribu, dan Curug Cigamea. Semuanya berlokasi tak jauh dari jalan raya sehingga jika ingin menikmatinya tidak terlalu capek berjalannya. Memang terkadang jalanan menurun. Selain itu, pada hari libur pengunjung lebih banyak dari hari biasa.

Berhubung saya hanya menebeng orang yang memiliki tujuan lain ke GSE, hanya beberapa objek yang sempat aku nikmati. Yakni pemandian Air Panas Ciparai dan Curug Ngumpet. Toh meski sedikit saya sudah kesengsem dengan kawasan ini. Lingkungan alam masih natural di tengah rerimbunan pohon pinus dan rasamala. Masih penasaran untuk naik ke Kawah Ratu. Nama ini pernah saya dengar sewaktu berkemah di Batu Tapak Cidahu.

Dari googling ternyata kawah ini merupakan kepundan aktif, salah satu produk dari aktivitas Gunung Salak yang masuk dalam jajaran gunung api di Pulau Jawa. Kawah ini letaknya paling tinggi di Kawasan GSE. Daya tarik yang unik dari kawah ini adalah aktivitas geologinya. Setiap hari kepundan selalu mendidih dan mengeluarkan gas asam sulfat (H2S) dengan bau yang khas. Kadang pengunjung juga dapat mendengar suara gemuruh akibat semburan uap air panas yang bergolak di perut bumi. Namun karena gas yang keluar berbahaya, tak jarang Kawah Ratu ditutup untuk pengunjung. Luluran kerak air panas Dari pintu masuk ke pemandian air panas melalui jalan berkelak-kelok menanjak. Di sepanjang perjalanan akan menjumpai papan petunjuk ke beberapa curug. Juga banyak vila-vila yang disewakan jika ingin menikmati kawasan ini lebih lama. Kawasan ini ramai dikunjungi pada akhir pekan atau hari libur nasional. Seperti saat saya berkunjung kali ini yang kebetulan hari Minggu.

Setelah Bloomfield Nursery, jalanan menurun sebelum akhirnya berhati-hati untuk mencari tanda belok kiri menuju pemandian air panas. Papan penunjuk air panas itu kecil saja. Untuk mudahnya bisa melihat kincir angin di pinggir lapangan bola, tak jauh dari jalan raya. Dari belokan ini ikuti saja jalan beraspal sampai mentok di parkiran.