Find Us On Social Media :

Madu Mendongkrak Nafsu Makan Anak

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 5 Mei 2012 | 06:20 WIB

Madu Mendongkrak Nafsu Makan Anak

Madu juga mengandung zat antibiotik. Kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu. Penelitian Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departemen of Biological Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru, membuktikan, madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.

Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain penyakit lambung dan saluran pencernaan; penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam; penyakit jantung, hati, dan paru-paru; penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan saraf.

Berdasarkan hasil penelitian Kamaruddin (1997), peneliti dari Department of Bio-chemistry, Faculty of Medicine, University of Malaya, di Kualalumpur, paling tidak ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakter tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.

Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (ph 3,65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut merana atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Dan faktor keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang perlu teridentifikasi antara lain seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida.

Takaran minum madu

Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari madu, cairan manis yang menjadi cadangan makanan koloni lebah ini harus dikonsumsi secara teratur. Dalam penelitian Widodo tersebut balita sampel diberi madu sebanyak 20 g setiap hari. Madu tersebut tidak dianjurkan untuk bayi usia 0 – 6 bulan, karena makanan pertama dan yang utama untuk mereka adalah air susu ibunya (ASI). Setelah usia enam bulan, baru boleh diberi madu seiring dengan pemberian makanan tambahan sesuai anjuran.

Menurut Muhilal, 1 – 2 sendok makan madu 2 kali sehari sudah cukup memadai untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh anak. Namun, untuk penyembuhan atau pengobatan, madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air karena akan memudahkan penyerapannya di dalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau tiga jam sesudah makan.

Selain menambahkan madu pada menu makanan balita secara teratur, tentu saja berbagai upaya kesehatan lainnya seperti pengobatan medis, pemberian makanan tambahan, dan imunisasi umum, harus pula dilakukan. Upaya tersebut akan lebih mempercepat upaya pemulihan kesehatan dan perbaikan gizi balita, terutama yang susah makan, sehingga anak mereka terhindari dari kemungkinan menjadi generasi tanpa masa depan.

Jangan lupa, bedakan madu yang asli dan yang palsu. Jangan sampai tergiur iklan madu asli dengan harga murah. (Kumpulan Artikel Kesehatan Anak)