Demi Cepat Dapat Suami, Anak Gadis di Mauritania Dipaksa Konsumsi 16 Ribu Kalori per Hari!

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com - Masyarakat di daerah benua Afrika memang memiliki banya praktik tradisional yang cukup unik dan terkadang menimbulkan kontroversi,

Salah satunya adalah ritual yang disebutLeblouh yang memaksa anak-anak gadis untuk makan.

Bukan sembarang makan, tapi 'makan besar' dengan jumlah kalori sebanyak 16.000 kalori per hari!

Leblouh dilakukan di daerah pedesaan Mauritania, Sahara Barat, dan Maroko Selatan.

Baca Juga:Dari Celana Squidward Hingga Pintu Rumah Patrick Inilah 5 Misteri Kartun Spongebob yang Tak Anda Sadari

Anak-anak gadis mulai berusia 5 tahun sudah harus dipersiapkan diri untuk menikah.

Ini karena usia pernikahan di wilayah tersebut berkisar antara 16 hingga 18 tahun, tapi perempuan di bawah 16 tahun juga tetap boleh menikah dengan seizin orangtuanya.

Dalam budaya mereka, makin besar dan berat tubuh seorang perempuan, maka dia terlihat makin cantik.

Obesitas menjadi hal yang paling diidamk-idamkan semua wanita di sini.

Baca Juga:Urutan Eksekusi Hukuman Mati di Nusakambangan yang Buat Narapidana Tak Kuasa Menahan Tangis

Orangtua berlomba membuat putri mereka segemuk mungkin agar mereka lebih cepat dilirik oleh pria.

Sebagai perbandingan, 1 kg daging sapi hanya punya 1.430 kalori saja.

Sementara mereka harus makan 16.000 kalori setiap hari demi mendapat tubuh gemuk yang cantik itu.

Para gadis muda itu akan dipaksa makan dan minum dalam jumlah yang sangat besar.

Baca Juga:Foto-foto dan Video saat Napi Teroris Menyerah, Ekspresi Mereka Benar-benar Menimbulkan 'Tanda Tanya'

Mulai umur enam tahun hingga sebelum menikah, mereka harus minum 20 liter susu unta dan makan dua kilomillet (biji-bijian sebagai pengganti nasi) yang ditumbuk dengan dua cangkir besar mentega.

Kalau anak-anak itu menolak, maka mereka akan disiksa dengan cara dipukul atau dicubit kuat-kuat oleh ibunya.

Meski praktik itu dinilai terlalu kejam, tapi orangtua tidak memilki pilihan lain.

Gadis-gadis yang tubuhnya kurus akan dianggap tidak bertenaga dan tidak akan cepat menikah.

Baca Juga:One Cell One Man, Tempat Baru Bagi Napi Mako Brimob di Nusakambangan

Ketika usia mereka mulai lebih dewasa dan memasuki usia siap dipinang, maka menu mereka juga akan bertambah.

Gadis remaja biasanya makan empat kali sehari.

Untuk sarapan, mereka makan remah roti yang direndam dalam minyak zaitun dan semangkuk besar susu unta.

Selanjutnya, mereka makan roti, daging kambing, buah ara, dan lebih banyak susu unta.

Baca Juga:Kertas Menu Makan Siang Terakhir Ini Bongkar Skandal di Sekitar Tenggelamnya Kapal Titanic: Apa yang Terjadi Sebenarnya?

Setelah makan, gadis-gadis itu dilarang bergerak atau beraktivitas apapun dan harus tidur.

Bagi orangtua yang kesulitan mengatur anak gadis mereka, ada juga kamp khusus dilengkapi dengan guru yang menjajikan 'bentuk badan sempurna' bagi para orangtua itu.

Selama musim libur sekolah, kamp tersebut akan menjadi lebih ramai.

Ini karena para orangtua biasanya mengirim anak mereka berlibur di kamp penggemukan badan.

Bahkan, guru di kamp itu akan dapat lebih banyak uang jika berhasil membuat para gadis memiliki selulit di seluruh tubuhnya.

Wah, luar biasa sekali, bukan?

Saat wanita lain berlomba-lomba memiliki badan yang kecil dan kurus, mereka berlomba menjadi yang paling gemuk dalam masyarakatnya.

Namun di era modern ini, beberapa wanita Mauritania mulai berharap tradisi ini ditinggalkan.

"Aku benci jadi gemuk. Menurutku ini tidak cantik dan tidak menyenangkan. Aku melihat semua pergi ke kamp dan pulang dengan berat yang bertambah beberapa kilo, tapi mereka tidak terlihat bagus," kata Tijanniya dilansir dari Viralthread.

Meski generasi muda mencoba menghentikannya, sayangnya ritual ini masih memiliki banyak pendukung.

Sepertinya akan sulit menghentikan tradisi aneh ini, kita lihat saja!

Baca Juga:Inilah 5 Narapidana yang Berhasil Kabur dari Penjara Nusakambangan, namun Nasibnya Tak Mujur Juga!

Artikel Terkait