Teruntuk Suami! Inilah Alasan Istri Sering Marah pada Kalian Setelah Punya Anak

K. Tatik Wardayati

Penulis

Inilah Alasan Istri Sering Marah pada Suami Setelah Punya Anak

Intisari-Online.com - Jangan ragukan berapa besar rasa cinta para istri pada suami mereka, meski begitu tetap saja para istri sering merasa kesal dan marah pada suami mereka setelah memiliki anak.

Rasa marah, kecewa, frustasi, kerap dirasakan para ibu pada suami mereka setelah kehadiran anak. Kebanyakan ibu mengaku kesal karena menganggap suami kurang membantu dalam pengasuhan anak.

Dalam sebuah survei online yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 ibu terungkap sebagian besar wanita mengaku sering merasa marah pada suami mereka. Ada yang marah beberapa kali dalam seminggu, ada pula yang marah hampir setiap hari!

(Baca juga:Sepuluh Nasihat untuk Suami-Istri Ini Dijamin akan Membuat Setiap Hari Kita Serasa "Bulan Madu")

"Saya mencintai suami saya, tetapi punya anak telah mengubah hidup saya, membuat saya kehabisan energi, tapi suami seolah tidak terlalu peduli dan membantu," ungkap para ibu yang disurvei itu, seperti dilansir dari parenting.

Alasan utama yang kerap membuat para ibu kesal adalah karena suami mereka tidak memahami kebutuhan dasar anak-anak. Misalnya, di rumah para ayah kerap bersantai-santai menonton televisi dan tidak mendengar rengekan anaknya yang ingin mengajak main di luar.

Selain itu para ibu ini juga kesal karena para suami tidak bisa melakukan beberapa tugas pada satu waktu seperti halnya yang dilakukan para wanita.

(Baca juga:9 Cara Menjaga Seks Tetap Hot dalam Hubungan Suami-Istri)

Sebanyak 33 persen ibu yang disurvei mengatakan, sumber kemarahan mereka adalah karena para suami kurang peduli pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak. Kemarahan ini dirasakan paling besar pada ibu yang memiliki anak lebih dari dua orang.

Sepertiga para ibu juga mengeluh rutinitas hidup mereka berubah banyak setelah memiliki anak. Namun hal itu tidak terjadi pada suami mereka. Para ayah ini tetap bisa melakukan hobi mereka, sementara para ibu harus lebih banyak tinggal di rumah untuk mengasuh anak.

Merusak kesehatan

Kemarahan, meski kecil, menurut pakar sosiologi Pepper Schwartz, bersifat korosif dalam pernikahan. "Ini seperti rayap yang akan berkembang biak menjadi sangat banyak. Jika rayap itu tak disingkirkan, suatu hari nanti tiang penyangga rumah tangga juga bisa lapuk," katanya.

(Baca juga:Wahai para Orangtua, Ingatlah, Dibentak dan Diteriaki Bikin Anak Makin Nakal)

Rasa marah juga bisa meledak kapan saja. Jangan heran jika Anda merasa sangat marah pada suami hanya karena ia lupa mematikan lampu kamar mandi. "Itu merupakan bentuk dari rasa marah yang selama ini sedikit-sedikit dirasakan," katanya.

Menyimpan marah juga buruk bagi kesehatan. Saat kita marah, tubuh akan dibanjiri adrenalin. Jika ini sering terjadi, tubuh akan kehilangan kemampuan memproduksi hormon yang menahan efek buruk adrenalin.

Dalam jangka panjang hal ini bisa berdampak pada kesehatan jantung dan pembuluh darah, mengganggu ginjal dan liver, dan membuat kita rentan depresi.

(Baca juga:Surga Paul Walker di Bumi adalah Rumahnya yang Ada di Indonesia)

Salah satu cara untuk melepaskan kemarahan adalah dengan bercerita dengan orang lain. Bisa dengan teman yang juga sudah menjadi ibu, dengan orangtua, dan tentunya dengan suami sendiri.

Ungkapkan apa yang menjadi keberatan dan harapan Anda. Sampaikan secara detil sehingga suami mengerti keinginan Anda. (kompas.com)

Artikel Terkait