Find Us On Social Media :

Perlukah Guru Memberikan PR Banyak pada Siswa?

By Esra Dopita M Sidauruk, Jumat, 27 Maret 2015 | 18:30 WIB

Perlukah Guru Memberikan PR Banyak pada Siswa?

Intisari-Online.com - Sebagian guru mungkin beranggapan memberikan banyak pekerjaan rumah pada siswa khususnya siswa sekolah dasar (SD), maka siswa akan menjadi pandai dan prestasi lebih baik. Namun, ternyata memberikan banyak pekerjaan rumah (PR) pada siswa belum tentu menjadi cara terbaik untuk belajar, melainkan dapat membuat anak stress. Lalu, perlukah guru memberikan PR banyak pada siswa?

Seorang penulis Atlantic baru-baru ini berbagi pengalamannya mengerjakan pekerjaan rumah putrinya yang berusia 13 tahun selama seminggu di sebuah esai berjudul, "Pekerjaan Rumah Putri Saya, Membunuhku” dan bahkan ia tidak bisa melakukannya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Duke University menemukan, pekerjaan rumah memiliki efek pada prestasi akademik, itu hanya statistik signifikan bagi mereka di kelas tujuh hingga dua belas. Sementara itu, sebuah studi Stanford University menunjukkan hubungan antara pekerjaan, stres dan kurang tidur.

Cynthia McClelland, seorang guru sekolah menengah di Boston, mengatakan, anaknya menjadi kewalahan oleh pekerjaan rumahnya tahun lalu sebagai siswa kelas pertama. Setiap malam, ia memiliki lebih dari satu jam ejaan, matematika, dan membaca. Ia mengatakan, cukup frustrasi dan benar-benar tergeletak di lantai sambil berkata aku tidak bisa melakukan ini.

John Spencer, seorang guru sekolah menengah di Phoenix, berhenti menugaskan PR sepenuhnya setelah ia menjadi seorang ayah. “Menjadi orang tua membuat saya menyadari, saat ini adalah waktu saya dengan mereka. Ini bukan waktu sekolah,” katanya.

Jeffrey Benson, orang tua dan konsultan pendidikan mengatakan, aturan praktis yang baik untuk pekerjaan rumah adalah sepuluh menit per tingkat kelas,  sepuluh menit malam untuk kelas pertama, dua puluh menit untuk kelas dua, dan seterusnya. Ketika anak berada di sekolah menengah, mereka menerima cara yang lebih dari itu.

"Apa yang kita ketahui tentang pembelajaran emosi dan perkembangan sosial adalah anak mendapatkan stres oleh terlalu banyak pekerjaan rumah, dan itu tidak perlu," katanya. (yahoo.com).