Penulis
Intisari-Online.com -Siapa yang tak ingin bergaji besar?
Setiap orang rasanya kepingin mendapatkan gaji yang menggiurkan, bahkan dengan angka yang paling maksimal. Tapi entah kenapa, tak seorang pun mau melamar pekerjaan bergaji Rp3,6 milyar ini.
Sebuah praktik medis kecil di Tokoroa, Selandia Baru, telah memposting sebuah iklan penawaran kerja sebagai dokter junior, dua tahun yang lalu.
Tak tanggung-tanggung, praktik ini menawarkan gaji yang sangat menggiurkan: 190 ribu pounsterling (sekitar Rp3,6 milyar) per tahun. (Baca juga: Trik nego gaji di perusahaan besar)
Fasilitasnya juga menarik; bekerja hanya empat hari dalam seminggu dan cuti 12 minggu dalam setahun. Sangat menarik. Lalu pertanyaannya, berapa orang yang sudah bekerja di sini?
Jangankan bekerja, tak satu pun orang yang melayangkan lamaran.
Dr Alan Kenny, salah seorang yang ikut membidani berdirianya praktik ini, mengatakan bahwa selama dua tahun—dan telah melibatkan empat perusahaan perekrutan—iklan ini tak menghasilkan satu pun pemohon.
Dr Kenny, yang pindah dari Inggris 30 tahun yang lalu, lalu mengambil pekerjaan ini. Ia menjadi salah satu dari enam dokter yang bekerja di praktik yang ia dirikan itu.
“Saya mencintai pekerjaa ini dan ingin sekali tinggal di sini, tapi saya tetap berusaha keras untuk menarik dokter,” ujarnya kepada New Zealand Herald.
“Auckland memiliki sekolah dokter terbesar dan sebagian besar anak-anak yang belajar di sekolah ini berasal dari keluarga kaya di daerah Auckland. Tahun lalu, saya membatalkan liburan karena saya tidak mendapatkan locum (dokter pengganti) … dan tahun saya mungkin akan membatalkan liburan (lagi) … dan itu cukup sulit bagi saya.” (Baca juga: Benarkah gaji pegawai bank paling besar?)
Perlu diketahui, honor ini dua kali lipat dari rata-rata gaji yang diterima dokter di Selandia Baru.
Selain itu, Dr Kenny, yang putrinya juga bekerja di tempat yang sama, juga menjanjikan tambahan gaji yang tak kalah menggiurkan.
“Praktik saya telah meledak tahun lalu dengan semakin banyak pasien yang mendaftar. Jadi semakin banyak uang yang akan didapat,” ujarnya.
Tokoroa digambarkan sebagai “kota yang hampir habis”. Setidaknya 22% penduduk di kota ini adalah seorang pengangguran.