Find Us On Social Media :

Terima Kasih atas Tawanya

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 29 November 2014 | 21:00 WIB

Terima Kasih atas Tawanya

Intisari-Online.com – Di Atlantic City, AS. Seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi. Ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, ia harus menurunkan sekeranjang koin tersebut ke kamarnya di hotel itu.

Memasuki lift, sudah ada dua orang berkulit hitam di dalam lift. Yang seorang berbadan tinggi besar. Wanita itu terpana. Ia berpikir, “Wah, dua orang ini akan merampokku.” Tapi ia kembali berpikir, “Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah.”

Tapi rasa rasial wanita itu lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Wanita itu sangat ketakutan dan malu. Ia berharap keduanya tidak membaca pikirannya. Tapi Tuhan, mereka harus tidak tahu apa yang saya pikirkan.

Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup. Sedetik… dua detik… detik seterusnya, ketakutannya makin bertambah! Lift tidak bergerak! Wanita itu makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya, pikir wanita itu. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Kemudian, salah satu dari mereka berkata, “Hit the floor (tekan lantainya).” Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift, hingga koin di keranjangnya berhamburan di lantai lift. Wanita itu berdoa, ambillah uang saya dan biarkan saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Lalu salah seorang dari mereka berkata dengan sopan, “Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombol liftnya.” Pria tersebut agak terbata-bata mengucapkan kalimatnya karena menahan diri untuk tidak tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tadi. Merekapun menolong wanita tersebut berdiri. “Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda tiarap di lantai lift,” kata seorang yang bertubuh sedang, sambil merapatkan bibirnya menahan tawa.

Wanita itu berpikir, “Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampok saya.”

Akhirnya, mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin yang berserakan di lantai lift, ke dalam keranjang wanita itu.

Ketika tiba di lantai yang dituju wanita itu, kedua pria itu bermaksud mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam. Wanita itu sempat mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya di sepanjang koridor menuju lift.

Wanita itu pun kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Keesokan paginya, bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.

Pada kartunya tertulis:

“Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini. Tertanda: Eddie Murphy dan Michael Jordan.”

Kejadian seperti kisah tadi kadang terjadi pada diri kita. Setiap kali kita melihat sesuatu hal yang menurut kita buruk, maka akan bersliweran pikiran-pikiran buruk di otak kita. Akibatnya, kita tidak bisa melakukan pekerjaan kita dengan tenang hanya karena terlalu memikirkan hal-hal yang negatif.