Find Us On Social Media :

Inilah Asal Munculnya Istilah Belum Lima Detik saat Makanan Jatuh

By Ade Sulaeman, Jumat, 18 September 2015 | 16:00 WIB

Inilah Asal Munculnya Istilah Belum Lima Detik saat Makanan Jatuh

Intisari-Online.com - Saat makanan terjatuh, biasanya kita akan mengambil makanan tersebut dengan andil, “belum lima detik” dan meyakini bahwa bakteri-bakteri tidak akan “naik” ke makanan kita. Jadi, apakah betul dengan mitos tersebut? Para ilmuwan mengatakan bahwa tergantung dari seberapa cepat bakteri dapat mengontaminasi makanan dalam beberapa detik dan seberapa kotor tempat jatuhnya makanan tersebut.

Sangat sulit untuk mendapatkan cerita asli dari kalimat “belum lima detik.” Tetapi, pada tahun 2013, sebuah studi menjelaskan bahwa dalam hasil survei, sebanyak 70% perempuan dan 56% laki-laki sangat akrab dengan peraturan “belum lima detik.” Rata-rata wanita akan memakan makanan yang telah jatuh ke lantai daripada pria.

Jadi, bagaimana menurut para ilmuwan mengenai keamanan makanan yang telah jatuh?

Hanya Lima Detik yang Diperlukan

Dalam riset terbaru mengenai peraturan “belum lima detik” oleh Jillian Clarke, seorang siswi yang berpartisipasi dalam belajar riset di University of Illinois, ia dan teman-temannya menyimpan bakteri di ubin dan lalu menempatkan makanan di atas ubin. Mereka melakukannya beberapa kali dengan bakteri-bakteri yang berbeda.

Mereka melaporkan bahwa bakteri berpindah tempat pada gummy bears dan cookies pada lima detik, namun mereka tidak memberi tahu secara spesifik jumlah bakteri yang telah “berpindah tempat” dari lantai ke makanan.

Berapa Banyak Bakteri yang “Berpindah Tempat” dalam Lima Detik?

Pada 2007, laboratorium Clemson University mempublikasi sebuah jurnal dengan judul “Journal of Applied Microbiology” yang membahas mikrobiologi. Para ilmuwan ingin mengetahui jangka waktu bakteri untuk mengontaminasi makanan.

Untuk mengetahuinya, mereka menginokulasi sebuah keramik, karpet, atau kayu dengan Salmonella. Lima menit kemudian, mereka menempatkan bologna atau roti di permukaan dalam lima, 30, atau 60 detik, lalu mereka mengukur jumah bakteri yang berpindah tempat. Mereka melakukannya berulang kali dengan protocol yang sama setelah bakteri tersebut telah berada di atas permukaan dalam waktu dua, empat, delapan, dan 24 jam.

Para ilmuwan menemukan bahwa jumlah bakteri yang berpindah ke makanan-makanan tersebut tidak berdasarkan berapa lama makanan tersebut melakukan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi—entah beberapa detik atau semenit. Jumlah keseluruhan bakteri begitu penting, ini terlihat dengan jumlah bakteri yang semakin berkurang jumlahnya  setelah proses inokulasi. Kelihatannya bukan berapa lama makanan berada di lantai, namun berapa jumlah bakteri yang ada pada permukaan.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa jenis permukaan juga memengaruhi. Seperti karpet, akan lebih aman jika makanan jatuh ke karpet dibandingkan jatuh di kayu atau marmer. Saat karpet telah diinokulasikan dengan Salmonella, kurang dari satu persen bakteri yang berpindah. Namun, saat makanan jatuh ke kayu atau marmer, sebanyak 48%-70% bakteri Salmonella, “pindah kediaman.”

Tahun lalu, sebuah studi dari Aston University di Inggris melakukan pendekatan yang sama dengan studi Clemson University, dan mereka mendapatkan hasil yang kurang lebih sama dengan menguji coba makanan yang ditempatkan selama tiga dan 30 detik di permukaan yang sama. Mereka juga melaporkan bahwa sebanyak 87% orang akan memakan makanan mereka yang telah jatuh ke lantai.