Find Us On Social Media :

Tips Agar Gaji Tak Lekas Lenyap

By Chatarina Komala, Sabtu, 8 Maret 2014 | 10:00 WIB

Tips Agar Gaji Tak Lekas Lenyap

Intisari-Online.com - Memiliki penghasilan sendiri untuk pertama kalinya kerap membuat orang lupa daratan. Gaji pertama yang didapat pun dihabiskan untuk hura-hura dan memuaskan hasrat. Memang, menikmati hasil kerja keras dengan berlaku konsumtif boleh, namun harus tahu batas. Tak jarang uang pun habis tak bersisa. Sayangnya, banyak yang tak menganggap itu masalah, karena harapan gaji bulan selanjutnya. Berikut ini cara agar penghasilan tak boros dan lenyap karena perilaku konsumtif. 1. Saatnya memulai tradisiTentu saja, merayakan penghasilan sendiri boleh Anda lakukan. Namun, jika berlarut-larut, hal itu bisa menjadi kebiasaan finansial yang sulit diubah. Padahal, masa-masa awal menjadi seorang yang produktif secara finansial sendiri adalah masa yang krusial untuk membentuk perilaku keuangan yang sehat.  

Hal ini bisa Anda cegah dengan membentuk kebiasaan menyisihkan pendapatan untuk investasi setelah menerima gaji. Selain itu, prioritaskan keuangan Anda untuk membeli barang yang memang Anda perlukan. Berutang konsumtif seperti menggunakan kartu kredit pun harus dihindari dan sedini mungkin tentukan tujuan keuangan Anda.  Mumpung masih muda dan lajang, gunakan kesempatan ini sebagai hal yang berguna di masa depan. 

Atur arus kasAgenda utama bagi pekerja pemula yang tengah menikmati penghasilan pertama adalah memulai pengaturan arus kas melalui penyusunan anggaran.

Paling penting dalam menyusun anggaran adalah pastikan Anda mengeluarkan terlebih dulu sebagian penghasilan untuk kebutuhan investasi. Sisanya, baru bisa Anda distribusikan untuk kebutuhan lain, mulai biaya hidup rutin hingga anggaran bersenang-senang. Namun sebaiknya, anggaran bersenang-senang cukup 10 persen dari besar penghasilan.  

Tentukan tujuanAgar Anda tetap disiplin dalam menyisihkan penghasilan untuk kebutuhan investasi, pastikan Anda sudah punya tujuan investasi atau rencana keuangan. Nah, rencana ini harus spesifik memuat target dana dan waktu penggunaan dana. 

Memang, usia muda lekat dengan kehausan akan hal baru, termasuk melalui travelling. Di sini Anda bisa menganggarkan dana untuk keperluan itu sehingga kelak saat liburan, arus kas tidak terganggu.   

Namun, di antara rencana-rencana keuangan itu, perencanaan dana pensiun adalah yang paling utama perlu dikejar oleh para first jobber. Hal itu terkait dengan prinsip time value of money. Semakin awal memulai, beban kebutuhan investasi dana pensiun Anda ke depan akan lebih ringan. Taruh kata, usia Anda saat ini 23 tahun. Anda berniat pensiun di usia 55 tahun.

Dengan asumsi usia harapan hidup hingga 70 tahun dan rata-rata pengeluaran Rp 4 juta per bulan, maka kebutuhan dana pensiun Anda kelak mencapai Rp 55,13 miliar! Nah, Anda punya waktu 32 tahun untuk berinvestasi di produk investasi berimbal hasil 25% per tahun, senilai Rp 418.459 setiap bulan.

Bandingkan jika Anda memulai saat umur 30 tahun. Dengan asumsi sama, besar dana investasi yang harus Anda sisihkan sekitar Rp 1 juta setiap bulan atau hampir dua kali lipat dibandingkan ketika Anda memulai investasi dana pensiun tujuh tahun lebih cepat.

Pilih produkTerlebih dulu, tentukan target dana Anda serta tujuan, berikut target waktu penggunaan dana. Lalu, cari future value-nya. Setelah ketemu, hitung kebutuhan dana investasi berdasarkan future value tersebut.

Pakai asumsi imbal hasil produk investasi yang hendak Anda pakai. Contohnya, kebutuhan dana uang muka rumah pertama sekitar Rp 100 juta. Anda berniat mengajukan KPR lima tahun lagi sehingga nilai kebutuhan uang muka itu jadi Rp 161,05 juta (future value).

Karena penggunaan dana masih lima tahun lagi, Anda bisa memanfaatkan produk investasi berimbal hasil rata-rata 25% per tahun. Dengan asumsi itu, besar dana yang harus Anda investasikan per bulan selama lima tahun adalah Rp 1,34 juta.