Find Us On Social Media :

Kecerobohan-kecerobohan Belanja Online

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 5 Juni 2014 | 10:00 WIB

Kecerobohan-kecerobohan Belanja Online

Intisari-Online.com - Syahdan, teknologi internet telah memudahkan banyak hal. Tak terkecuali soal belanja online. Tak perlu capek-capek pergi ke toko, tinggal buka komputer atawa gadget, cari situs belanja online, pesan, bayar, tak lama kemudian pesanan datang. Relatif lebih mudah memang.

Meski demikian, tabiat baru berbelanja model ini bukan tidak ada celah. Seperti yang dilansir oleh Tabloidnova.com, ada lima kesalahan besar yang kerap dilakukan oleh para online shopper yang terlalu mudah terbawa bujuk-rayu diskon. Alih-alih untung, online shopper justru buntung.

-- Tak tahan lihat harga dikson.

Unroll.me melaporkan saat ini rata-rata setiap pemilik email mendaftar kepada sekitar 91 toko online, atau secara umum sekitar 250 toko. Mau tidak mau, para pemilik toko online ini bisa dengan mudah masuk secara otomatis ke dalam inbox pendaftar tadi bukan?

Dengan gincu “TODAY ONLY: 50% OFF EVERYTHING!” atau “BUY ONE DRESS GET ONE HALF OFF”, orang-orang akan mudah masuk ke situs tersebu, lantas berbelanja. Sejatinya ada tipsnya; gunakan saja fasilitas daily digest  pada email sehingga tawaran-tawaran sejumlah toko online tadi akan masuk ke inbox khusus dan tidak akan mengganggu inbox utama.

-- Belanja lebih banyak untuk sekadar mendapat gratis ongkos kirim.

Beberapa toko online memiliki strategi: memberikan bebas ongkos kirim jika membeli banyak, minimal tiga barang, misalnya. Dengan cara seperti ini, pembeli akan semakin tergoda untuk membeli lebih banyak barang—yang sebetulnya tak terlalu dibutuhkan—hanya demi mendapatkan bebas biaya ongkos kirim yang hanya sekitar Rp6.000 atau Rp8.000 saja per kilogram barang yang dikirim.

Padahal, uang yang sudah Anda keluarkan sebenarnya jauh melebihi ongkos kirimnya bila harus membeli barang lebih dari satu buah.

-- Berburu poin belanja untuk mendapatkan vocer atau diskon tambahan.

Banyak juga toko online yang menawarkan vocer atau potongan harga tertentu dengan memberikan point reward setiap kali berbelanja senilai tertentu. Semakin sering berbelanja, semakin banyak pin yang diraih. Padahal, jika dibandingkan dengan uang yang sudah dikeluarkan dengan poin yang didapat sebetulnya tak sepadan.

Taruhlah, belanja seharga Rp500 ribu, paling-paling potongan harga hanya 10 persen, belum termasuk ongkos kirim. Jadi, di mana keuntungannya?(Baca juga: Cara Aman Belanja Online

-- Tidak pernah mengecek kebijakan pengembalian barang.

Sejumlah toko online memang menawarkan untuk mengembalikan barang jika ada barang yang rusak atau ukuran tak sesuai. Tapi baca kembali secara saksama, apakah saat mengembalikan barang itu, ada biaya tambahan atau tidak?

Yang perlu dicermati adalah ukuran, warna, material pakaian atau barang yang ingin dibeli. Sebab belanja online  sangat berbeda dengan berbelanja secara konvensional. Di dunia maya tidak bisa mencoba barang yang dibeli, sehingga terjadinya ketidaksesuaian soal ukuran, warna, atau material barang akan menjadi masalah ketika barang sampai di tangan.

-- Lebih suka membayar dengan kartu debet.

Ketika berbelanja online, model pembayaran yang dianjurkan adalah menggunakan kartu kredit. Sebab bank yang mengeluarkan kartu kredit memiliki sistem keamanan lebih ketat untuk melindungi informasi personal pemegang kartu, ketimbang memilih membayar dengan kartu debet.

Selain itu, ada tekanan psikis jika belanja online menggunakan kartu kredit; ketika setiap bulannya harus menerima laporan pebayaran rutin di akhir bulan. Sementara kartu kredit tidak memiliki beban tagihan akhir bulan. (Tabloidnova.com)