Find Us On Social Media :

3 Syarat Psikologis Suami Ideal untuk Berhubungan Seks

By Ade Sulaeman, Rabu, 27 Januari 2016 | 17:45 WIB

3 Syarat Psikologis Suami Ideal untuk Berhubungan Seks

Intisari-Online.com - Sulit rasanya bila menentukan tolok ukur ideal bagi masing-masing pasangan, apalagi harus berbicara tentang syarat-syarat psikologis suami yang ideal untuk berhubungan seks.

“Tidak mudah memang mengatakan suami atau istri ideal di ranjang. Soalnya, frekuensi dan kesukaan suasana bercinta masing-masing kan berbeda. Namun, suami atau istri yang ideal ialah mereka yang melakukannya dengan rasa sayang dan menciptakan kenyamanan ketika momen intim bersama,” ujar Ayoe Sutomo, Psikolog, pada tabloidnova.com.

Adapun 3 syarat psikologis suami ideal untuk berhubungan seks:

1. Menghargai proses bukan hanya hasil

Banyak pria modern yang mungkin saat ini hanya mementingkan proses ejakulasi demi kepuasan pribadi semata. Ya, alih-alih ingin menuntaskan hawa nafsu, mereka justru melupakan jika esensi bercinta adalah komunikasi interpersonal, selain pemenuhan biologis. Ini yang menandakan bercinta karena cinta, bukan bercinta hanya karena seks.

Secara lebih spesifik, pria atau suami ideal di ranjang sangat tahu bahwa proses penetrasi organ kelamin bukan hanya fokus utama. Maksudnya, ia akan menikmati setiap detik kebersamaan bersama istri mulai dari sesi awal seperti bercumbu, tahap foreplay atau pemanasan, kemudian masuk dalam penetrasi hingga ejakulasi.

Ini juga berlaku bila suami sengaja mengabaikan pengalaman orgasme istri. Suami yang ideal di ranjang ialah suami yang berusaha untuk menghadirkan seks yang berkualitas. Suami yang ideal di ranjang ialah suami yang mau tahu apakah istri merasa nikmat, kesakitan atau bahkan tak merasakan sensasi apapun. Terlebih, perempuan terbilang sulit mengalami orgasme saat seks, kan?

2. Memuji bukan menuntut yang berlebihan

Syarat suami ideal di ranjang dari kacamata psikologis hubungan suami istri ialah sikap menerima. Banyak perempuan melupakan bahwa pernikahan ialah soal perbedaan bukan persamaan. Mengapa? Saat suami menuntut kekurangan istri dan memaksakan istri memenuhi keinginannya, maka disitu ada ketimpangan seks. Seks suami istri sejatinya dilakukan secara santai, tenang, ikhlas tanpa paksaan dan bebas dari segala macam persoalan demi mencapai orgasme bersama.

Sehingga, ketika suami terlalu repot mengomentari bentuk tubuh istri yang tidak kencang, payudara yang tidak padat seperti dulu sebelum melahirkan atau bahkan membandingkan istri dengan perempuan atau publik figur lainnya, maka seks yang semestinya tercipta ideal cenderung gagal.

Cara paling baik ialah menyampaikan dengan lembut tanpa melukai, berkomunikasi jika istri hal atau tindakan yang kurang selama bercinta untuk kenikmatan masing-masing pasangan.

3. Tahu bagaimana memulai dan menyelesaikan momen intim bersama