Penulis
Adanya kjokkenmoddinger menunjukkan manusia praaksara masa bercocok tanam sudah mengenal mata pencaharian sebagai food producing/mengolah makanan.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Dalam kajian arkeologi dan kepurbakalaan zaman Mesolitikum, dikenal istilahkjokkenmoddinger. Supaya dimengerti oleh awam, ia biasa disebut sebagai "sampah makanan".
Adanya kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa manusia praaksara pada masa bercocok tanam sudah mengenal mata pencaharian sebagai food producing alias mengolah makanan.
Mengutip Kompas.com, kjokkenmoddinger atau disebut juga sebagai midden adalah salah satu hasil kebudayaan manusia purba paling terkenal pada Zaman Mesolitikum. Kata kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding yang artinya sampah.
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang yang menggunung dan tingginya bisa mencapai 7 meter. Di Indonesia, lokasi peninggalan ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, antara Langsa di Aceh hingga Medan.
Menurut dugaan para arkeologi,kjokkenmoddinger telah menumpuk dari generasi ke generasi karena masyarakatnya mulai menetap di sekitar pantai pada goa-goa yang disebut sebagai abris sous roche.
Ketika pertama kali menemukan "barang" ini,para ahli geologi mengira bahwa kjokkenmoddinger adalah suatu lapisan bumi yang istimewa. Tapi setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tumpukan kerang tersebut adalah sisa sampah dapur manusia purba.
Kjokkenmoddinger terdiri atas tumpukan kerang yang sama sekali tidak bercampur dengan pasir ataupun tanah di sekitarnya. Bahkan kerang-kerangnya sebagian telah menjadi fosil dan merekat menjadi satu membentuk tumpukan yang sangat padat.
Seperti disebut di awal, penemuan kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup di zaman ini memiliki kecenderungan tinggal di pinggir pantai. Dan karena itu kerang dan siput menjadi sumber daya yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan.
Kulit-kulit kerang dan siput yang menumpuk selama bertahun-tahun, atau mungkin ribuan tahun, akhirnya menjadi bukit yang disebut sebagai kjokkenmoddinger. Fungsinyabagi manusia purba adalah sebagai tempat pembuangan akhir dari sisa-sisa makanan mereka.
Apa saja yang ditemukan di situ?
Pada 1925, Von Stein Callenfels melakukan penelitian di lokasi kjokkenmoddinger dan berhasil menemukan beberapa benda peninggalan, di antaranya:
- Kapak genggam
Kapak genggam yang ditemukan ini berbeda dari kapak genggam dari Zaman Paleolitikum atau yang disebut chopper. Kapak genggam yang ada di kjokkenmoddinger Sumatera Timur diberi nama pebble atau Kapak Sumatra.
Pebble diketahui terbuat dari batu kali yang pecah, dengan sisi luarnya dibiarkan dan sisi dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan.
- Kapak pendek
Selain pebble, ditemukan pula kapak pendek yang sangat aneh dan hanya ditemukan pada Zaman Mesolitikum. Kapak pendek berbentuk setengah lingkaran ini disebut hachecourt, di mana pada bagian lengkungnya sangat tajam.
- Batu pipisan
Batu pipisan umumnya digunakan untuk menumbuk, menggiling, atau menghaluskan sesuatu. Batu pipisan yang ditemukan di kjokkenmoddinger tidak hanya dipakai untuk menggiling makanan, tetapi juga sebagai penghalus cat merah.
Cat merah tersebut diduga digunakan untuk ritual yang berhubungan dengan keagamaan.
Selain hasil kebudayaan Zaman Mesolitikum, dari kjokkenmoddinger ditemukan juga tulang belulang dan pecahan tengkorak serta gigi. Para ahli menyimpulkan bahwa manusia Mesolitikum termasuk dalam golongan bangsa Papua-Melanesoide (nenek moyang bangsa Irian dan Melanesia sekarang).
Begitulah, adanyakjokkenmoddingermenunjukkan bahwa manusia praaksara pada masa bercocok tanam sudah mengenal mata pencaharian sebagaifood producingalias mengolah makanan.