Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby, nama yang terukir dalam lembaran sejarah Indonesia, khususnya dalam peristiwa heroik pertempuran 10 November di Surabaya.
Namun, di balik tragedi kematiannya yang menjadi pemicu perlawanan arek-arek Suroboyo, tersimpan kisah seorang prajurit yang berdedikasi tinggi dengan segudang prestasi militer.
Ia mengabdi sebagai perwira Angkatan Darat Britania Raya dan telah malang melintang di berbagai medan pertempuran.
Sebelum akhirnya ditugaskan ke Indonesia, Mallaby telah menorehkan tinta emas dalam karir militernya, khususnya saat bertempur melawan pasukan Jepang di front Burma.
Mallaby di Kancah Perang Dunia II
Kiprah Mallaby di Perang Dunia II dimulai ketika ia bergabung dengan Royal Artillery pada tahun 1918.
Di masa-masa awal karirnya, ia bertugas di berbagai wilayah konflik, termasuk Irlandia Utara dan India.
Pengalaman tempur inilah yang menempa Mallaby menjadi seorang perwira yang tangguh dan berwawasan luas.
Puncak karir Mallaby terjadi ketika ia ditempatkan di Burma pada tahun 1943.
Saat itu, Perang Dunia II tengah berkecamuk dan Burma menjadi salah satu medan pertempuran paling sengit antara pasukan Sekutu dan Jepang.
Mallaby, dengan pangkat Brigadir, memimpin Brigade Infanteri India ke-49 dalam Operasi Thursday, sebuah operasi udara berani yang bertujuan untuk merebut kembali wilayah Burma dari cengkeraman Jepang.
Dalam operasi ini, Mallaby menunjukkan kecakapan taktik dan kepemimpinan yang luar biasa.
Ia memimpin pasukannya menembus hutan lebat dan medan berat Burma, menyerbu posisi-posisi pertahanan Jepang yang kuat.
Berkat strategi brilian dan keberaniannya, Operasi Thursday berhasil membebaskan beberapa wilayah penting di Burma dan mematahkan dominasi Jepang di front tersebut.
Salah satu prestasi gemilang Mallaby dalam Operasi Thursday adalah keberhasilannya dalam Pertempuran Kohima.
Dalam pertempuran berdarah ini, pasukan Mallaby bertempur habis-habisan melawan pasukan Jepang yang bertekad mempertahankan Kohima.
Dengan semangat juang yang tinggi dan taktik cerdik, Mallaby berhasil memukul mundur serangan Jepang dan mengamankan Kohima, sebuah titik strategis yang menjadi kunci kemenangan Sekutu di Burma.
Keberhasilan Mallaby dalam Operasi Thursday dan Pertempuran Kohima mengantarkannya pada pengakuan dan penghargaan dari pemerintah Britania Raya.
Ia dianugerahi Distinguished Service Order (DSO) atas keberanian dan kepemimpinannya yang luar biasa.
Mallaby pun dikenal sebagai salah satu pahlawan perang yang berjasa dalam membebaskan Burma dari penjajahan Jepang.
Mallaby di Indonesia
Setelah Perang Dunia II berakhir, Mallaby ditugaskan ke Indonesia sebagai bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang bertugas menerima penyerahan Jepang dan memelihara keamanan di Indonesia.
Tugas Mallaby di Indonesia adalah memimpin Brigade Infanteri India ke-49 untuk menduduki Surabaya dan sekitarnya.
Kedatangan Mallaby dan pasukan Sekutu di Surabaya pada awalnya disambut baik oleh rakyat Indonesia.
Namun, situasi berubah menjadi tegang ketika terjadi kesalahpahaman dan insiden bersenjata antara pasukan Sekutu dan arek-arek Surabaya.
Puncak ketegangan terjadi pada 30 Oktober 1945, ketika Mallaby tewas dalam sebuah insiden di depan Gedung Internatio, Surabaya.
Kematian Mallaby menjadi pemicu pertempuran besar-besaran antara pasukan Sekutu dan arek-arek Surabaya yang dikenal sebagai Pertempuran 10 November.
Pertempuran ini menelan banyak korban jiwa di kedua belah pihak dan menghancurkan sebagian besar Kota Surabaya.
Warisan Mallaby
Meskipun kematiannya menjadi tragedi dalam sejarah Indonesia, prestasi militer AWS Mallaby sebelum tewas di Surabaya tetap patut dikenang.
Ia adalah seorang prajurit yang berani, berdedikasi, dan berjasa dalam memenangkan Perang Dunia II.
Kisah Mallaby juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi dan pemahaman antar budaya dalam menghindari konflik.
Tragedi kematiannya menjadi pengingat bahwa perang selalu menimbulkan penderitaan dan kehancuran, serta pentingnya mengutamakan perdamaian dan dialog dalam menyelesaikan perbedaan.
Sumber:
Bayly, Christopher Alan; Harper, Tim (2007). Forgotten Wars: Freedom and Revolution in Southeast Asia. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 9780674021532.
Frederick, William H. (1989). Visions and Heat: The Making of the Indonesian Revolution. Athens, OH: Ohio University Press. ISBN 9780821409060.
Parrott, J. G. (Desember 1975). "Who Killed Brigadier Mallaby?". Indonesia (20): 87–111. doi:10.2307/3350997. JSTOR 3350997.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---