Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Fajar menyingsing di ufuk timur, menandai babak baru bagi bumi pertiwi. Indonesia, yang baru saja menghirup udara kemerdekaan, berdiri teguh di panggung dunia.
Namun, perjuangan belum usai. Pengakuan kedaulatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi kunci untuk mengukuhkan eksistensi Indonesia di mata internasional.
Indonesia, dengan semangat juang yang membara, mengetuk pintu gerbang organisasi internasional tersebut.
Perjuangan diplomasi pun dimulai, sebuah perjuangan yang diwarnai liku-liku dan tantangan, namun tak pernah surut oleh tekad membaja.
Delegasi Indonesia, dipimpin oleh diplomat-diplomat ulung, hadir di forum PBB.
Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, dan Lambertus Nicodemus Palar, dengan lantang menyuarakan aspirasi bangsa.
Mereka adalah para penyair diplomasi, merangkai kata-kata menjadi senjata ampuh untuk meraih simpati dunia.
Namun, jalan menuju pengakuan tidaklah mudah.
Belanda, yang masih berambisi menguasai Indonesia, berusaha menghalangi langkah Indonesia di PBB.
Propaganda dilancarkan, fitnah disebarkan, namun semangat juang Indonesia tak pernah padam.
Di tengah pertempuran diplomasi yang sengit, dukungan dari negara-negara sahabat mulai bermunculan.
India, Mesir, dan Australia, menjadi garda terdepan yang membela Indonesia di forum internasional.
Solidaritas dari negara-negara Asia-Afrika menjadi bukti bahwa Indonesia tidak sendiri dalam perjuangannya.
Peristiwa penting terjadi pada tanggal 27 Desember 1949.
Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar. Kabar gembira ini disambut dengan suka cita oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pengakuan de jure dari Belanda menjadi langkah awal yang krusial bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari PBB.
Momentum bersejarah pun tiba pada tanggal 28 September 1950.
Majelis Umum PBB, melalui Resolusi Nomor 86, secara resmi menerima Indonesia sebagai anggota ke-60.
Bendera Merah Putih berkibar dengan gagah di Markas Besar PBB di New York, menandai pengakuan dunia terhadap kedaulatan Indonesia.
Pengakuan PBB ini bukan sekadar pengakuan formalitas.
Ia adalah simbol legitimasi, penegasan bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Ia adalah buah dari perjuangan panjang, diplomasi yang gigih, dan solidaritas internasional.
Lebih dari itu, pengakuan PBB menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam percaturan politik global.
Indonesia, dengan Pancasila sebagai landasannya, aktif dalam menjaga perdamaian dunia, memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah, dan mendorong kerjasama internasional.
Perjalanan panjang Indonesia meraih pengakuan PBB mengajarkan kita tentang arti penting diplomasi, kegigihan, dan solidaritas.
Ia adalah warisan berharga yang harus kita jaga dan lestarikan.
Semangat para founding fathers dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia harus menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus berkarya dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Kini, Indonesia telah menjelma menjadi negara yang besar dan disegani di dunia.
Kiprahnya dalam berbagai forum internasional semakin diakui. Namun, kita tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan bangsa.
Pengakuan PBB terhadap kedaulatan Indonesia adalah tonggak penting yang harus selalu kita kenang dan jadikan sebagai motivasi untuk terus membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan makmur.
Sumber:
Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia since c. 1300. Stanford, Calif: Stanford University Press, 2008.
Cribb, Robert. Historical Dictionary of Indonesia. Lanham, Md: Scarecrow Press, 2004.
Legge, J. D. "Sukarno: A Political Biography." in The Journal of Southeast Asian History 3, no. 1 (1962): 76-88.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---