Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Bhineka Tunggal Ika: Sebuah frasa yang terukir dalam lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Tiga kata yang mengandung makna mendalam, "berbeda-beda tetapi tetap satu jua."
Ia adalah cerminan dari realitas bangsa Indonesia, sebuah negara kepulauan yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan yang beraneka ragam.
Dari Sabang sampai Merauke, terbentang mozaik perbedaan yang mempesona, sekaligus menjadi tantangan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Integrasi nasional, sebuah proses mempersatukan elemen-elemen bangsa yang beragam ke dalam satu kesatuan yang utuh, lahir dari situasi dan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk ini.
Candi Borobudur di Jawa Tengah, megah menjulang sebagai monumen keagamaan Buddha terbesar di dunia.
Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di bawah kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada, menyatukan Nusantara di bawah panji kebesarannya.
Namun, kejayaan masa lalu itu perlahan memudar. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa, yang diawali oleh Portugis pada abad ke-16, membawa angin perubahan bagi Nusantara.
Rempah-rempah yang menjadi primadona perdagangan dunia, menjadi magnet yang menarik bangsa Eropa untuk datang dan menguasai wilayah-wilayah di Nusantara.
Belanda, dengan VOC-nya, berhasil menancapkan kukunya di bumi pertiwi. Sistem tanam paksa yang diterapkan, menyengsarakan rakyat dan memicu perlawanan di berbagai daerah.
Di tengah penjajahan yang panjang dan kelam, semangat persatuan dan kesatuan tetap berkobar dalam jiwa bangsa Indonesia.
Perlawanan terhadap penjajah muncul di berbagai daerah, dipimpin oleh pahlawan-pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro di Jawa, Imam Bonjol di Sumatera Barat, Cut Nyak Dien di Aceh, dan Pattimura di Maluku.
Perjuangan mereka, meskipun terpisah oleh ruang dan waktu, memiliki satu tujuan yang sama: mengusir penjajah dan meraih kemerdekaan.
Pergerakan nasional pada awal abad ke-20 menandai babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia. Organisasi-organisasi pergerakan seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij lahir sebagai wadah perjuangan rakyat.
Sumpah Pemuda pada tahun 1928, menjadi momentum penting yang mempersatukan pemuda-pemudi Indonesia dari berbagai suku, agama, dan ras. Mereka mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak dari perjuangan bangsa Indonesia.
Soekarno-Hatta, atas nama bangsa Indonesia, menyatakan Indonesia merdeka.
Namun, kemerdekaan yang diraih tidak serta merta membawa Indonesia ke dalam kedamaian dan persatuan. Agresi militer Belanda, pemberontakan di berbagai daerah, dan pergolakan politik mewarnai perjalanan awal Republik Indonesia.
Di tengah tantangan yang berat, para pendiri bangsa menyadari pentingnya integrasi nasional. Mereka merumuskan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Pancasila, dengan lima silanya, menjadi ideologi pemersatu bangsa yang majemuk. UUD 1945, dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, menjamin persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Integrasi nasional bukanlah proses yang instan, melainkan sebuah perjalanan panjang yang terus berlanjut hingga saat ini. Berbagai tantangan dan ancaman terhadap integrasi nasional masih terus ada, seperti konflik sosial, separatisme, terorisme, dan radikalisme.
Namun, dengan semangat persatuan dan kesatuan, serta komitmen untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia optimis dapat mengatasi segala tantangan dan mewujudkan cita-cita nasional.
Integrasi nasional berasal dari situasi dan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk. Kemajemukan bukanlah sebuah kelemahan, melainkan sebuah kekuatan.
Seperti pelangi yang indah karena perpaduan berbagai warna, Indonesia pun kuat karena persatuan dalam keberagaman.
Dengan menjaga dan memperkuat integrasi nasional, kita mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur, sebuah negara yang dihormati dan disegani di dunia internasional.
Sumber:
Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Palgrave Macmillan.
Kahin, G. McT. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell University Press.
Reid, Anthony. (1974). The Indonesian National Revolution 1945-1950. Longman.
Cribb, Robert. (2000). Historical Atlas of Indonesia. University of Hawaii Press.
Schwarz, Adam. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press.
Bertrand, Jaques. (2004). Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia. Cambridge University Press.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---