Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Sejarah, bagaikan sungai panjang yang mengalir melintasi waktu, membawa serta berbagai kisah dan peristiwa yang membentuk peradaban manusia.
Setiap riak dan pusaran air dalam alirannya menyimpan jejak-jejak kehidupan, baik yang agung maupun yang sederhana, yang membentuk mozaik perjalanan umat manusia.
Namun, layaknya sungai yang memiliki kedalaman yang tersembunyi, sejarah pun menyimpan lapisan-lapisan makna yang tak selalu tampak di permukaan.
Padahal, di balik gemerlap istana dan hiruk-pikuk peperangan, terdapat kehidupan masyarakat dengan segala dinamikanya, yang turut membentuk jalannya sejarah.
Di sinilah letak pentingnya pendekatan segi sosial dalam penulisan sejarah.
Pendekatan segi sosial mengajak kita untuk menyelami kedalaman sungai sejarah, menggali kehidupan masyarakat di masa lampau, memahami cara mereka berpikir, berinteraksi, dan menghadapi tantangan zaman.
Ia membuka tabir kehidupan sehari-hari, mengungkapkan bagaimana masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari bangsawan hingga rakyat jelata, menjalani hidup, membangun komunitas, dan mewariskan budaya.
Melebihi Sekedar Nama dan Tanggal
Sejarah bukanlah sekadar catatan tentang nama, tanggal, dan peristiwa besar. Ia adalah kisah tentang manusia, tentang bagaimana mereka hidup, berjuang, dan memaknai keberadaan mereka di dunia.
Pendekatan segi sosial memungkinkan kita untuk melihat sejarah dari perspektif yang lebih humanis, memahami motivasi, harapan, dan ketakutan yang mendorong tindakan manusia di masa lalu.
Ambil contoh, peristiwa Revolusi Perancis. Penulisan sejarah tradisional mungkin akan terfokus pada tokoh-tokoh kunci seperti Robespierre, Louis XVI, dan Marie Antoinette, serta peristiwa-peristiwa penting seperti penyerbuan Bastille dan pemenggalan raja.
Namun, dengan pendekatan segi sosial, kita dapat menyelami lebih dalam, memahami kondisi sosial yang melatarbelakangi revolusi, mengungkap kemarahan dan keputusasaan rakyat akibat kemiskinan dan ketidakadilan.
Kita dapat melihat bagaimana revolusi mempengaruhi kehidupan masyarakat di berbagai lapisan, bukan hanya kaum bangsawan dan politisi, tetapi juga petani, pedagang, dan pekerja.
Menggali Kearifan Lokal dan Dinamika Sosial
Pendekatan segi sosial juga memungkinkan kita untuk menggali kearifan lokal dan dinamika sosial yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti sistem kepercayaan, adat istiadat, struktur keluarga, dan pola interaksi sosial.
Misalnya, dalam sejarah Indonesia, pendekatan segi sosial dapat mengungkapkan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber daya alam, membangun sistem pemerintahan, dan menyelesaikan konflik.
Kita dapat mempelajari bagaimana masyarakat di berbagai daerah mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, menjaga kelestarian hutan, dan menghormati keberagaman budaya.
Pendekatan ini juga dapat mengungkapkan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, seperti hubungan antar kelompok etnis, peran perempuan dalam masyarakat, dan perkembangan sistem pendidikan.
Menghidupkan Kembali Masa Lampau
Melalui pendekatan segi sosial, sejarah bukanlah sekadar kumpulan fakta mati, tetapi menjadi kisah hidup yang menarik dan relevan dengan kehidupan kita saat ini.
Ia memungkinkan kita untuk "menghidupkan kembali" masa lampau, merasakan denyut nadi kehidupan masyarakat, dan memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan dan sesama.
Bayangkan, kita dapat "berjalan-jalan" di pasar tradisional pada masa Majapahit, menyimak percakapan para pedagang dan pembeli, mengamati barang-barang yang diperjualbelikan, dan merasakan atmosfer kehidupan pada masa itu.
Atau, kita dapat "mengikuti" perjalanan seorang musafir Cina yang mengunjungi Kerajaan Sriwijaya, mendengarkan ceritanya tentang kemegahan ibukota kerajaan, keramahan penduduk, dan kemajuan peradaban pada masa itu.
Sumber-sumber yang Memperkaya
Pendekatan segi sosial dalam penulisan sejarah dapat diperkaya dengan berbagai sumber, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Sumber-sumber tertulis dapat berupa prasasti, naskah kuno, catatan perjalanan, surat-surat pribadi, dan arsip-arsip pemerintah.
Sumber-sumber tidak tertulis dapat berupa artefak, fosil, bangunan bersejarah, dan tradisi lisan.
Misalnya, untuk mempelajari kehidupan sosial masyarakat Jawa pada masa Mataram Islam, kita dapat merujuk pada naskah-naskah kuno seperti Babad Tanah Jawi, Serat Centhini, dan Suluk Wujil.
Kita juga dapat mempelajari relief-relief Candi Prambanan dan Borobudur untuk memahami sistem kepercayaan, struktur sosial, dan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu.
Selain itu, kita dapat menelusuri tradisi lisan yang masih hidup di masyarakat, seperti wayang kulit dan tembang Jawa, untuk mendapatkan gambaran tentang nilai-nilai, norma, dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Relevansi dengan Masa Kini
Pendekatan segi sosial dalam penulisan sejarah bukan hanya bertujuan untuk mengungkap masa lampau, tetapi juga memiliki relevansi dengan masa kini.
Dengan memahami bagaimana masyarakat di masa lampau menghadapi tantangan dan memecahkan masalah, kita dapat belajar dari pengalaman mereka dan menarik pelajaran berharga untuk menghadapi permasalahan yang kita hadapi saat ini.
Misalnya, dengan mempelajari bagaimana masyarakat tradisional menjaga kelestarian lingkungan, kita dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang semakin mendesak saat ini.
Dengan memahami bagaimana masyarakat di masa lampau mengelola keberagaman dan menyelesaikan konflik, kita dapat menumbuhkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama dan antar suku bangsa.
Pendekatan segi sosial dalam penulisan sejarah merupakan kunci untuk memahami sejarah secara holistik, menyelami kedalaman kehidupan manusia di masa lampau, dan menghubungkannya dengan kehidupan kita saat ini.
Ia memungkinkan kita untuk melihat sejarah bukan hanya sebagai kumpulan fakta dan peristiwa, tetapi sebagai kisah manusia dengan segala kompleksitasnya.
Dengan demikian, penulisan sejarah menjadi lebih bermakna, relevan, dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.
Sumber:
Anderson, Benedict. (1983). Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. London: Verso.
Hobsbawm, Eric. (1995). The Age of Extremes: The Short Twentieth Century, 1914-1991. London: Abacus.
Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1300. Basingstoke: Palgrave Macmillan.
Sartono Kartodirdjo. (1984). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Wertheim, W.F. (1956). Indonesian Society in Transition: A Study of Social Change. The Hague: W. van Hoeve.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---