Ketika Sritex Berhasil Lolos dari Krisis Moneter 98

Afif Khoirul M

Penulis

Sejarah Sritex pernah lolos dari krisis Moneter 1998

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin krisis moneter 1998 menerjang Asia Tenggara laksana badai yang tak kenal ampun.

Nyaris seluruh sendi perekonomian porak-poranda, perusahaan-perusahaan raksasa tumbang satu per satu, bak pohon-pohon besar yang roboh dihantam topan.

Di tengah kemelut yang mencekam itu, di kota Solo, berdiri tegar sebuah perusahaan tekstil yang bernama Sritex. Laksana karang yang kokoh menantang gelombang, Sritex berhasil bertahan, bahkan menorehkan kisah sukses yang menginspirasi.

Berawal dari sebuah toko kecil di Pasar Klewer, Solo, pada tahun 1966, Sritex dirintis oleh H.M. Lukminto dengan semangat dan kerja keras. Ia menjahit mimpi untuk mendirikan sebuah perusahaan tekstil terintegrasi yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Dengan keuletan dan visi yang jauh ke depan, Lukminto perlahan namun pasti mengembangkan usahanya. Pabrik cetak pertama didirikan pada tahun 1968, disusul dengan pabrik tenun pada tahun 1982.

Sritex terus berkembang, menambah lini produksi hingga memiliki pemintalan, penenunan, penyempurnaan, dan garmen dalam satu lokasi terpadu.

Di tengah situasi yang genting itu, H.M. Lukminto menunjukkan kepiawaiannya dalam mengarungi badai krisis. Ia memiliki strategi jitu untuk menyelamatkan Sritex dari jurang kehancuran.

Pertama, ia fokus pada peningkatan efisiensi produksi dan pengendalian biaya.

Ia melakukan rasionalisasi di berbagai lini produksi, tanpa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Ia yakin bahwa aset terpenting Sritex adalah sumber daya manusianya.

Kedua, Lukminto melakukan diversifikasi pasar. Ia tidak hanya mengandalkan pasar ekspor, tetapi juga memasuki pasar domestik. Langkah ini terbukti efektif dalam menjaga kelangsungan bisnis Sritex di tengah lesunya pasar ekspor akibat krisis.

Ketiga, Lukminto menjalin kemitraan yang kuat dengan para pemasok dan pelanggan. Ia membangun hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip kepercayaan dan kerjasama.

Strategi brilian H.M. Lukminto ini membuahkan hasil yang gemilang. Sritex tidak hanya berhasil bertahan dari krisis moneter 1998, tetapi juga mampu mencatat pertumbuhan yang signifikan.

Sritex bahkan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya hingga delapan kali lipat dibandingkan saat pertama kali terintegrasi pada tahun 1992.

Kisah sukses Sritex dalam meloloskan diri dari krisis moneter 1998 menjadi sebuah legenda di dunia bisnis Indonesia.

Kepemimpinan yang visioner, strategi yang jitu, dan komitmen pada kualitas menjadi kunci keberhasilan Sritex. Sritex telah membuktikan bahwa perusahaan Indonesia mampu bersaing di kancah global, bahkan di tengah badai krisis yang menerpa.

Namun, sejarah mencatat bahwa keberhasilan Sritex di masa lalu tidak menjamin kelangsungannya di masa depan.

Pada tahun 2024, Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang. Berbagai faktor internal dan eksternal ditengarai menjadi penyebab kepailitan Sritex, di antaranya adalah utang yang menumpuk, perubahan kondisi pasar, dan pandemi Covid-19.

Kisah Sritex memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, dan bahwa tantangan akan selalu ada di setiap perjalanan.

Namun, dengan kepemimpinan yang kuat, strategi yang tepat, dan semangat pantang menyerah, kita dapat mengatasi setiap rintangan dan mencapai puncak keberhasilan.

Sritex telah menorehkan tinta emas dalam sejarah industri tekstil Indonesia, dan kisahnya akan selalu dikenang sebagai inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait