Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Fajar menyingsing di ufuk timur, semburat jingga membelai lembut cakrawala. Embun pagi masih bergelayut di dedaunan, menyaksikan dunia terbangun dari tidurnya.
Namun, pagi ini berbeda. Kita tidak akan menapaki jalan setapak peradaban manusia, melainkan menelusuri lorong waktu, kembali ke masa ketika bumi masih muda, ketika raksasa-raksasa purba menguasai daratan, lautan, dan angkasa.
Selamat datang di Mesozoikum, zaman yang disebut juga sebagai zaman sekunder, sebuah babak menakjubkan dalam sandiwara kehidupan di planet biru ini.
Zaman ini dimulai sekitar 252 juta tahun yang lalu, setelah peristiwa kepunahan massal Permian-Triassic yang memusnahkan hampir 96% spesies laut dan 70% spesies vertebrata darat.
Bagaikan kanvas kosong, bumi kembali melukis dirinya, menorehkan kisah baru dengan tinta kehidupan.
Bayangkan, hamparan benua raksasa Pangea membentang luas, menyatukan daratan-daratan yang kini terpisah lautan.
Iklim yang hangat dan lembap menyelimuti bumi, menciptakan lingkungan ideal bagi tumbuhnya hutan-hutan lebat dan rawa-rawa yang luas. Di sinilah panggung kehidupan Mesozoikum digelar, di mana drama evolusi mencapai klimaksnya.
Babak Pertama: Trias, Kelahiran Sang Raksasa
Tirai panggung Mesozoikum dibuka dengan periode Trias, sekitar 252 hingga 201 juta tahun yang lalu. [3] Kehidupan perlahan bangkit dari keterpurukan, mengisi relung-relung kosong yang ditinggalkan oleh kepunahan massal.
Reptil-reptil kecil mulai bermunculan, menjelajahi daratan yang lengang. Di antara mereka, terdapat nenek moyang dinosaurus, archosaurus, yang kelak akan menjadi penguasa bumi.
Lautan pun tak kalah semarak. Amonit dan belemnit, makhluk laut bercangkang, mengarungi samudra purba, sementara ichthyosaurus, reptil laut yang menyerupai lumba-lumba, berburu mangsa dengan lincah.
Kehidupan di Trias adalah simfoni pemulihan, sebuah nyanyian harapan di tengah puing-puing masa lalu.
Babak Kedua: Jura, Kejayaan Sang Penguasa
Periode Jura, sekitar 201 hingga 145 juta tahun yang lalu, adalah puncak kejayaan dinosaurus. Mereka menjelma menjadi raksasa-raksasa yang mendominasi bumi.
Di daratan, Brachiosaurus, dengan lehernya yang menjulang tinggi, merumput di antara pepohonan raksasa, sementara Stegosaurus, dengan lempeng-lempeng di punggungnya, melenggang dengan angkuh.
Langit Jura dipenuhi oleh reptil terbang menakjubkan, Pterosaurus. Pterodactylus, dengan sayapnya yang lebar, melayang di angkasa, memburu ikan-ikan di laut.
Sementara itu, Archaeopteryx, makhluk transisi antara dinosaurus dan burung, mengepakkan sayapnya yang primitif, menandai awal evolusi burung.
Babak Ketiga: Kretaseus, Senja Sang Raksasa
Periode Kretaseus, sekitar 145 hingga 66 juta tahun yang lalu, adalah babak terakhir drama Mesozoikum.
Dinosaurus masih berkuasa, namun perubahan mulai terasa. Benua Pangea terpecah, membentuk daratan-daratan yang kita kenal sekarang. Iklim pun berubah, menjadi lebih dingin dan kering.
Di tengah perubahan ini, muncullah Tyrannosaurus rex, predator puncak yang ditakuti, dan Triceratops, herbivora bercula tiga yang tangguh.
Angiospermae, tumbuhan berbunga, mulai menghiasi bumi, menambahkan warna-warni baru pada lanskap Kretaseus.
Namun, senja mulai menyapa. Sebuah asteroid raksasa menghantam bumi, menciptakan kawah Chicxulub di Meksiko.
Dampaknya dahsyat, memicu gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Debu dan asap menutupi langit, menghalangi sinar matahari.
Suhu bumi menurun drastis, mengakibatkan kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus dan mengakhiri era Mesozoikum.
Tirai Tertutup, Warisan Abadi
Mesozoikum, zaman sekunder, telah berakhir. Namun, warisannya tetap abadi. Fosil-fosil dinosaurus, jejak-jejak kehidupan purba, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.
Mereka adalah jendela yang membawa kita mengintip ke masa lampau, mengagumi keagungan makhluk-makhluk yang pernah menghuni bumi.
Lebih dari sekadar kisah tentang raksasa, Mesozoikum adalah pengingat akan dinamika kehidupan, tentang siklus kelahiran, kejayaan, dan kepunahan.
Ia mengajarkan kita tentang ketahanan, adaptasi, dan evolusi, tentang bagaimana kehidupan selalu menemukan jalan untuk bertahan dan berkembang, bahkan di tengah tantangan yang paling berat sekalipun.
Sumber:
Benton, M. J. (2015). When life nearly died: The greatest mass extinction of all time. Thames & Hudson.
Rogers, J. J. W., & Santosh, M. (2004). Continents and supercontinents. Oxford University Press.
Tanner, L. H., Lucas, S. G., & Chapman, M. G. (2004). Assessing the record and causes of Late Triassic extinctions. Earth-Science Reviews, 65(1-2), 103-139.
Motani, R. (2005). Evolution of fish-shaped reptiles (Reptilia: Ichthyopterygia) in their physical environments and constraints. Annual Review of Earth and Planetary Sciences, 33, 395-420.
Fastovsky, D. E., & Weishampel, D. B. (2005). The evolution and extinction of the dinosaurs. Cambridge University Press.
Wellnhofer, P. (2009). Archaeopteryx: The icon of evolution. Verlag Dr. Friedrich Pfeil.
Alvarez, L. W., Alvarez, W., Asaro, F., & Michel, H. V. (1980). Extraterrestrial cause for the Cretaceous-Tertiary extinction. Science, 208(4448), 1095-1108.
Horner, J. R., & Lessem, D. (1993). The complete T. rex. Simon & Schuster.
Schulte, P., et al. (2010). The Chicxulub asteroid impact and mass extinction at the Cretaceous-Paleogene boundary. Science, 327(5970), 1214-1218.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---