Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Angin berdesir lembut, menyapa dedaunan pohon beringin tua yang berdiri kokoh di halaman sebuah bangunan megah.
Bangunan itu, dengan pilar-pilarnya yang menjulang tinggi dan arsitektur Eropa yang anggun, seakan menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah bangsa ini.
Di sinilah, di kota Yogyakarta yang tenang dan damai, De Javasche Bank, cikal bakal Bank Indonesia, menancapkan akarnya.
Di baliknya tersimpan pertimbangan-pertimbangan strategis, politik, dan ekonomi yang rumit.
Mari kita telusuri lorong waktu, menelisik jejak-jejak sejarah yang terukir di dinding-dinding kokoh bank ini.
Jejak Kejayaan Mataram dan Ketenangan yang Memikat
Yogyakarta, kota yang lahir dari Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, bukanlah kota sembarangan. Ia adalah pewaris tahta Mataram Islam, kerajaan besar yang pernah menguasai sebagian besar Pulau Jawa.
Meskipun telah terpecah, aura kejayaan Mataram masih terasa kuat di Yogyakarta. Kehadiran Keraton Yogyakarta, dengan segala tradisi dan budayanya yang adiluhung, menjadi magnet yang menarik perhatian Belanda.
Di mata Belanda, Yogyakarta adalah simbol stabilitas dan keamanan.
Keraton Yogyakarta, dengan Sultan Hamengkubuwono sebagai pemimpinnya, dikenal sebagai penguasa yang bijaksana dan disegani rakyatnya.
Kondisi politik yang stabil ini menjadi pertimbangan penting bagi Belanda dalam memilih lokasi kantor cabang De Javasche Bank.
Mereka membutuhkan tempat yang aman dan kondusif untuk menjalankan roda perekonomian kolonial.
Pusat Perdagangan dan Jantung Ekonomi Jawa
Yogyakarta, selain sebagai pusat kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan yang ramai.
Letaknya yang strategis di jalur perdagangan antara Solo dan Semarang menjadikan Yogyakarta sebagai simpul ekonomi penting di Jawa.
Pasar Beringharjo, yang telah ada sejak abad ke-18, menjadi pusat transaksi berbagai komoditas, mulai dari hasil bumi hingga barang-barang impor.
Keberadaan De Javasche Bank di Yogyakarta diharapkan dapat memperlancar arus perdagangan dan memperkuat kendali Belanda atas perekonomian Jawa.
Bank ini berperan sebagai penyedia kredit bagi para pedagang dan pengusaha, sekaligus sebagai pengumpul hasil bumi yang akan diekspor ke Eropa.
Kebijakan Politik Etis dan Harapan akan Kesejahteraan
Memasuki abad ke-20, Belanda mulai menerapkan Politik Etis, sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di Hindia Belanda.
Salah satu program utama Politik Etis adalah pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, rel kereta api, dan irigasi.
Yogyakarta, sebagai kota penting di Jawa, menjadi salah satu fokus pembangunan.
Kehadiran De Javasche Bank di Yogyakarta diharapkan dapat mendukung program-program pembangunan tersebut.
Bank ini menyediakan dana bagi proyek-proyek infrastruktur, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Dari De Javasche Bank hingga Bank Indonesia
De Javasche Bank cabang Yogyakarta resmi dibuka pada tahun 1879. Bangunannya yang megah, dirancang oleh arsitek Belanda, menjadi landmark penting di kota Yogyakarta.
Bank ini menjadi simbol kekuatan ekonomi Belanda di Hindia Belanda, sekaligus menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Setelah Indonesia merdeka, De Javasche Bank dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Bank Indonesia.
Gedung De Javasche Bank cabang Yogyakarta tetap berdiri kokoh, menjadi kantor perwakilan Bank Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kini, bangunan bersejarah ini tidak hanya menjadi simbol kekuatan ekonomi, tetapi juga menjadi monumen penting yang mengingatkan kita akan perjalanan panjang bangsa ini.
Sumber:
Buku "Sejarah Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia" oleh Tim Penulis LP3ES (1995)
Artikel "Nasionalisasi De Javasche Bank" di Kompas.com (2021)
Artikel "Dinamika De Javasche Bank Agentschap Soerakarta 1950-1968" di Journal Student UNY (2019)
Artikel "De Javasche Bank - Ensiklopedia Sejarah Indonesia" di esi.kemdikbud.go.id
Artikel "Mengenal De Javasche Bank, Cikal Bakal Bank Indonesia" di ocbc.id (2024)
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---