Find Us On Social Media :

Kaya Raya, Jenius, tapi Payah Urusan Asmara, Itulah Alfred Nobel yang Hingga Kematiannya Hidup Kesepian

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 11 Oktober 2024 | 14:32 WIB

Alfred Nobel menghibahkan seluruh kekayaannya untuk Hadiah Nobel sejak 1901. Hingga tua hidup kesepian.

[ARSIP Intisari]

Sebagai ilmuwan kelas dunia di tangannya tergenggam 355 hak paten. Bahkan sebagai konglomerat industri kimia, dia memiliki 90 perusahaan internasional di 20 negara yang tersebar di 5 benua. Harta yang ditinggalkannya disumbangkan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan lewat Hadiah Nobel. Hingga akhir hayatnya hidup kesepian.

Pertama tayang di Majalah Intisari pada Oktober 1991

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Bagi kita sekarang, Nobel tak lebih hanya sekadar nama, bukan lagi sosok orang. Setiap tahun, terutama di bulan Desember, nama itu selalu menghiasi harian-harian di seluruh dunia, ketika para pemenang Hadiah Nobel di bidang fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, kesusastraan dan perdamaian diumumkan.

Tanpa Alfred Nobel semua itu tidak akan pernah ada. Dialah pencetus lembaga yang jadi simbol kemajuan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

21 Oktober 1833 di sebuah rumah sederhana di Stockholm, Swedia, lahirlah bayi mungil bernama Alfred dari pasangan Emmanuel Nobel dan Andriette. Keluarga ini berasal dari Nobbelov, dusun terpencil di bagian paling selatan Swedia.

Nama Nobel yang berasal dari bahasa Latin Nobellius pertama kali dipakai oleh kakek Alfred ketika menimba ilmu di Universitas Uppsala pada tahun 1682. Nobel kemudian menikah dengan Olaus Rud-beckius, cewek jenius di zamannya, putri rektor universitas tersebut.

Tak heran, talenta kepandaiannya diturun-wariskan kepada Emmanuel Nobel serta anak-anaknya terutama si Alfred Nobel.

Semula pekerjaan Emmanuel Nobel yang arsitek dan insinyur cukup lumayan untuk menghidupi keluarganya. Tapi ketika usahanya di Swedia bangkrut, tahun 1842 Emmanuel "lari" ke Rusia mengadu nasib di St. Petersburg.