Find Us On Social Media :

Mengapa Pancasila Disebut Kekuatan yang Dimiliki Oleh Bangsa dan Negara Indonesia

By Afif Khoirul M, Jumat, 4 Oktober 2024 | 10:10 WIB

Ilustrasi. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dihayati dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia? Temukan jawabannya dalam artikel ini!

 

---

Intisari-online.com - Di persada Nusantara yang membentang luas, di antara gemericik ombak dan bisikan angin, terukir sebuah kisah tentang kekuatan yang menyatukan, sebuah falsafah hidup yang menjadi fondasi kokoh bagi bangsa Indonesia.

Pancasila, lima sila yang terpatri dalam jiwa, bagaikan cahaya yang menerangi jalan, menuntun langkah menuju harmoni dalam keberagaman.

Ia adalah kekuatan yang mengikat, perekat persatuan, dan sumber inspirasi bagi setiap insan Indonesia dalam mengarungi samudra kehidupan.

Terlahir dari Rahim Perjuangan

Pancasila, sebuah mahakarya yang lahir dari rahim perjuangan, digagas oleh para pendiri bangsa yang berjiwa luhur. Mereka, para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raga, merangkai kata demi kata, menyusun sila demi sila, hingga tercipta sebuah dasar negara yang kokoh dan abadi.

Bung Karno, dengan kharisma kepemimpinannya, mengumandangkan Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945, sebuah momen bersejarah yang menandai lahirnya sebuah harapan baru bagi bangsa Indonesia.

Di tengah gejolak perang dan penjajahan, Pancasila menjadi obor penyemangat, membakar semangat juang para pahlawan untuk merebut kemerdekaan.

Ia adalah nyala api yang tak pernah padam, membimbing bangsa Indonesia keluar dari kegelapan menuju cahaya kemerdekaan. Pancasila adalah bukti nyata bahwa dari rahim perjuangan, lahirlah sebuah kekuatan yang mampu menyatukan dan menggerakkan sebuah bangsa.

Pilar-pilar Kebangsaan yang Kokoh

Pancasila, bagaikan lima pilar kokoh yang menopang bangunan kebangsaan Indonesia. Setiap sila mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi landasan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertama, mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dalam bingkai toleransi, menghormati perbedaan keyakinan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila kedua, mengajak kita untuk saling mengasihi, menebar kebaikan, dan memperlakukan sesama manusia dengan penuh hormat.