Find Us On Social Media :

Alasan Negara Sparatis APRA Mempertahankan Negara Pasundan: Sebuah Elegi Kolonialisme

By Afif Khoirul M, Senin, 23 September 2024 | 15:15 WIB

APRA melakukan kekacauan di jakarta dengan tujuan untuk menculik Soekarno dan menguasai pemerintahan pusat RIS.

 

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - "Di antara puing-puing kejayaan yang pudar, mereka berjuang untuk mimpi yang telah sirna."

Angin berembus pelan melalui lembah-lembah hijau Parahyangan, membawa serta aroma teh yang baru dipetik dan bisikan-bisikan masa lalu. Di tengah keindahan alam yang memukau, tersimpan kisah pilu tentang perjuangan sia-sia sebuah kelompok yang terjebak di antara arus sejarah yang tak terbendung.

Mereka adalah Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), sebuah gerakan separatis yang berjuang mempertahankan Negara Pasundan, sebuah entitas politik yang lahir dari rahim kolonialisme Belanda.

APRA dipimpin oleh seorang mantan Kapten KNIL, Raymond Westerling, sosok karismatik yang diselimuti aura misteri dan keberanian. Westerling, yang telah menorehkan namanya dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui operasi militernya yang gemilang, kini berdiri di sisi yang berlawanan.

Baginya, kemerdekaan Indonesia adalah sebuah ancaman terhadap tatanan dunia yang ia kenal dan perjuangkan.

Di balik topeng patriotismenya, Westerling dan APRA sebenarnya merindukan masa kejayaan kolonialisme Belanda. Negara Pasundan, bagi mereka, adalah simbol terakhir dari kekuasaan dan kemakmuran yang pernah mereka nikmati.

Mereka melihat Indonesia yang baru lahir sebagai sebuah negara yang rapuh dan penuh ketidakpastian.

APRA bukanlah sekedar kelompok petualang yang haus kekuasaan. Mereka memiliki keyakinan yang mendalam bahwa Negara Pasundan adalah satu-satunya jalan untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di Jawa Barat.

Mereka khawatir bahwa Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno akan terjerumus ke dalam kekacauan dan kemiskinan.

Dengan semangat membara, APRA melancarkan pemberontakan pada tanggal 23 Januari 1950. Mereka menyerang kota Bandung dengan harapan bisa menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan mengembalikan Negara Pasundan ke pangkuan Belanda.

Namun, perjuangan mereka berakhir tragis. Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil mematahkan perlawanan APRA dan menangkap Westerling.