Find Us On Social Media :

Cerita Wartawan Intisari Ikut Latihan Militer Jepang hingga Tipu Penjajah Demi Selamatkan Pejuang

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 21 September 2024 | 14:00 WIB

Ini adalah cerita mendiang Slamet Suseno, mantan wartawan Intisari yang pernah ikut latihan militer Jepang, PETA, saat mudanya. Kemampuan bahasa Belanda-nya dia gunakan untuk menipu penjajah dan menyelamatkan pejuang.

Ini adalah cerita mendiang Slamet Suseno, mantan wartawan Intisari yang pernah ikut latihan militer Jepang, PETA, saat mudanya. Kemampuan bahasa Belanda-nya dia gunakan untuk menipu penjajah dan menyelamatkan pejuang.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

--- 

Intisari-Online.com - Tak banyak yang tahu, ternyata ada mantan wartawan Intisari, mendiang Slamet Suseno, yang pernah ikut latihan militer ala Jepang, PETA. Ketika itu, usia Pak Slamet masih 18 tahun.

Ini cerita Slamet Suseno untuk para pembaca sekalian.

"MENIPU PENJAJAH MENYELAMATKAN PEJUANG"

Sesungguhnya kami tidak mengerti, apa pertimbangan penguasa Jepang untuk melatih kami keterampilan militer di daidan (asrama tentara PETA - Pembela Tanah Air) Ponorogo. Sebagai murid Chu Gakko Madiun (SMTP zaman Jepang) tahun 1945, saya masih berumur 18 tahun, dan jelas masih suka guyon.

Latihan militer itu berupa baris-berbaris sambil memanggul senapan dari kayu. Tiap pagi kami memberi hormat senjata kepada inspektur upacara. Kadang juga perang-perangan. Cara bertiarap menghindari peluru misalnya, atau merayap mepet tanah agar bisa mencapai cekungan untuk berlindung.

Merayapnya dengan sikut dan dengkul. Menarik juga acara ini. Kalau harus menusuk musuh dengan bayonet (pura-puranya), kami harus berteriak "Yaaah!"

Tiga minggu lulus

Makanan sehari-hari berupa nasi bercampur gabah yang diberi asem-asem. Tiap hari kami diet gabah dan lombok ijo. Malam pertama perut saya sakit, dan esok harinya harus ke klinik untuk diberi norit. "Nih, sudah! Jangan mencret terus!" pesan bintara kesehatan.