Find Us On Social Media :

Menyusuri Napak Tilas Mr. Wallacea di Perairan Sulawesi yang Indah

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 21 September 2024 | 11:31 WIB

Berbenam lumpur bau, duck dive, memanjat akar bakau, dan minum air sungai tanpa dimasak menjadi bagian petualangan saat mengikuti Ekspedisi Wallacea Indonesia (EWI) 2004.

[ARSIP Intisari]

Berbenam lumpur bau, duck dive, memanjat akar bakau, dan minum air sungai tanpa dimasak menjadi bagian petualangan saat mengikuti Ekspedisi Wallacea Indonesia (EWI) 2004. Memang enak jadi peneliti?

Penulis: Christantiowati, pertama tayang di Intisari pada Oktober 2004

---

Intisari hadir di WhatsApp Channe, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Saat diundang mengikuti Sub Kegiatan Riset Ilmiah Tahap 2 di sekitar Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara (Sultra), 11-3 0 Juni 2004, terbayang di kepala bahwa nanti akan bergaul dengan orang-orang setengah baya, berkacamata tebal, serius, dan kaku - seperti citra ilmuwan dalam kisah rekaan.

Ternyata, para peneliti dari Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (Wilnon-BRKP, DKP) ini berusia di bawah 35 tahun. Terbang bersama dari Jakarta, aura humor, penuh semangat, kerja sama rapi, dan disiplin sudah terlihat.

Satu malam di Kendari, kami kemudian ke Bau Bau menggunakan feri. Pukul 03.00, 11 Juni 2004, setelah persiapan akhir dua hari di ibukota Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, ini, ke-29 anggota tim (15 peneliti, 1 mahasiswa, 4 wartawan, 2 dokter, 1 tenaga kesehatan, 6 awak kapal) berangkat dengan kapal pinisi "Cinta Laut" menuju Pulau Kabaena.

Dengan laju rata-rata 6 knot (1 knot = 1,85 km/jam) jarak sekitar 50 mil ditempuh dalam 10,5 jam.

Pukul 06.00 di dekat Pulau Kadatua yang terkenal dengan ketam kenarinya, nahkoda menunjuk ke sejumlah lumba-lumba yang melintas. Dua jam kemudian, berkali-kali tiling-tiling (ikan terbang, kata orang Makassar) berloncatan.

Saya mengobrol dengan Rita Tisiana, MT, yang akan meneliti "fisik" kelautan seperti arus, pasang surut, serta kadar garam dibantu oleh mahasiswa Universitas Hasanudin, Syahnudin.