Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Banten, sebuah kerajaan yang pernah megah berdiri di ujung barat Pulau Jawa, menjadi saksi bisu akan kekejaman imperialisme.
Kehadiran Belanda, yang semula hanya sebagai mitra dagang, perlahan menjelma menjadi ancaman yang meruntuhkan pondasi kejayaan Banten.
Campur tangan mereka dalam urusan internal kerajaan menjadi awal dari sebuah tragedi yang menyayat hati, meninggalkan luka mendalam dalam sejarah bangsa.
Awal Mula Malapetaka
Pada masa kejayaan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa memimpin dengan bijaksana. Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan yang ramai, menarik para saudagar dari berbagai penjuru dunia.
Namun, kedatangan Belanda, yang diwakili oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), mengubah segalanya. VOC, yang haus akan kekuasaan dan keuntungan, melihat Banten sebagai target empuk untuk dikuasai.
Awalnya, VOC hanya meminta izin untuk mendirikan pos perdagangan di Banten. Namun, seiring berjalannya waktu, ambisi mereka semakin besar.
Mereka mulai ikut campur dalam urusan internal kerajaan, memanfaatkan konflik internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji. VOC memberikan dukungan kepada Sultan Haji, yang menginginkan tahta ayahnya.
Perpecahan dan Pengkhianatan
Dukungan VOC kepada Sultan Haji memperkeruh suasana di Banten. Kerajaan yang semula bersatu menjadi terpecah belah.