Find Us On Social Media :

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada 19 September 1945: Antara Pemerintah Indonesia Dengan Rakyat

By Afif Khoirul M, Kamis, 19 September 2024 | 10:10 WIB

Ilustrasi - Rapat Raksasa di lapangan Ikada 19 September 1945.

 

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Mentari pagi 19 September 1945, baru saja menampakkan semburatnya di ufuk timur Jakarta. Namun, semangat yang berkobar di dada rakyat Indonesia telah lebih dulu menyala, lebih terang dari mentari itu sendiri.

Lapangan Ikada, yang biasanya menjadi saksi bisu berbagai acara olahraga dan hiburan, kini bersiap menjadi panggung sejarah. Ratusan ribu rakyat, dari berbagai penjuru kota, berbondong-bondong memenuhi lapangan itu.

Tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, semua bersatu dalam satu semangat: merayakan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamirkan beberapa minggu sebelumnya.

Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa serta aroma bunga melati yang harum. Bendera Merah Putih berkibar gagah di tengah lapangan, lambang kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata.

Di atas panggung yang sederhana, para pemimpin bangsa berdiri tegak, menatap lautan manusia yang memenuhi lapangan dengan perasaan haru dan bangga. Presiden Soekarno, dengan suara lantangnya, membuka rapat raksasa itu.

"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air! Hari ini, kita berkumpul di sini, di Lapangan Ikada yang bersejarah ini, untuk merayakan kemerdekaan Indonesia yang telah kita raih dengan susah payah. Kita telah melewati masa-masa penjajahan yang panjang dan gelap. Kita telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk merebut kemerdekaan ini. Dan hari ini, kita berdiri di sini sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang berdaulat, bangsa yang memiliki harga diri!"

Kata-kata Presiden Soekarno menggema di seluruh lapangan, disambut dengan gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai rakyat. Semangat kemerdekaan yang meluap-luap memenuhi setiap sudut lapangan, merasuk ke dalam setiap jiwa yang hadir di sana.

"Namun, saudara-saudara, kemerdekaan ini bukanlah akhir dari perjuangan kita. Ini hanyalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Kita harus membangun bangsa ini dari puing-puing penjajahan. Kita harus menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Kita harus mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah kita perjuangkan selama ini."

Presiden Soekarno melanjutkan pidatonya, menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Ia berbicara tentang pentingnya persatuan dan kesatuan, tentang perlunya kerja keras dan pengorbanan, tentang perlunya membangun karakter bangsa yang kuat dan bermartabat.

Rakyat mendengarkan dengan seksama, setiap kata yang diucapkan Presiden Soekarno meresap ke dalam hati mereka. Mereka menyadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah yang jatuh dari langit, melainkan sebuah amanah yang harus dijaga dan diperjuangkan.

Setelah Presiden Soekarno, giliran Wakil Presiden Mohammad Hatta yang menyampaikan pidatonya. Dengan gaya bicaranya yang tenang dan bijaksana, ia menjelaskan tentang dasar-dasar negara Indonesia yang baru saja dibentuk, yaitu Pancasila.