Find Us On Social Media :

Mengapa Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia?

By Afif Khoirul M, Selasa, 10 September 2024 | 18:45 WIB

Ilustrasi - Mengapa pada masa awal kemerdekaan Indonesia kondisi ekonomi di Indonesia sangat lemah disebabkan oleh kondisi politik.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di ufuk timur, mentari pagi telah merekah, memancarkan cahaya keemasannya ke seluruh Nusantara. Pada tanggal 17 Agustus 1945, di sebuah rumah sederhana di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, sejarah baru terukir.

Di hadapan rakyat yang berhimpun dengan hati berdebar, Bung Karno dan Bung Hatta dengan lantang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Suara mereka menggema, menembus batas ruang dan waktu, menggetarkan sanubari setiap insan yang mendambakan kebebasan.

Namun, di balik gegap gempita perayaan kemerdekaan, awan gelap masih menggantung.

Belanda, sang penjajah yang telah berabad-abad merenggut hak dan martabat bangsa Indonesia, enggan mengakui kedaulatan yang baru saja diproklamasikan.

Mereka bersikukuh bahwa Indonesia masihlah bagian dari wilayah kekuasaan mereka, sebuah permata Nusantara yang tak rela mereka lepaskan.

Mengapa Belanda begitu keras kepala menolak mengakui kemerdekaan Indonesia?

Jawabannya tersembunyi dalam lipatan sejarah, terjalin dalam benang-benang kepentingan politik dan ekonomi yang rumit. Belanda, yang pernah berjaya sebagai penguasa maritim, enggan kehilangan sumber daya alam dan pasar yang melimpah di Indonesia.

Mereka memandang Nusantara sebagai lahan subur untuk menanam modal dan mengeruk keuntungan, sebuah surga tropis yang tak ternilai harganya.

Selain itu, Belanda juga merasa memiliki tanggung jawab moral untuk "membimbing" bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang "sejati".