Find Us On Social Media :

Perang Makassar, Ketika VOC Ingin Hancurkan Kekuasaan Kerajaan Gowa

By Afif Khoirul M, Selasa, 20 Agustus 2024 | 19:15 WIB

Beberapa tujuan utama VOC terlibat dalam urusan-urusan internal kerajaan Nusantara.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di ufuk timur Nusantara, mentari pagi menyinari perairan Makassar yang tenang. Namun, ketenangan itu hanyalah ilusi. Di bawah permukaannya, gelombang ketegangan dan konflik mulai bergulung, siap menghantam pantai-pantai Kerajaan Gowa yang megah.

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang raksasa dari Belanda, telah melemparkan bayangan gelapnya ke seluruh Nusantara. Ambisi mereka tak terbendung, hasrat mereka untuk menguasai perdagangan rempah-rempah telah membutakan mata mereka dari keindahan dan kekayaan budaya yang mereka injak.

Gowa, kerajaan maritim yang besar dan berpengaruh, berdiri sebagai benteng terakhir yang menghalangi ambisi VOC. Pelabuhan Somba Opu, jantung perdagangan Gowa, menjadi magnet bagi para pedagang dari seluruh penjuru dunia. Kapal-kapal berlayar membawa sutra dari Cina, rempah-rempah dari Maluku, dan berbagai barang berharga lainnya. Kekayaan dan kemakmuran Gowa menjadi duri dalam daging bagi VOC.

Sultan Hasanuddin, penguasa Gowa yang bijaksana dan pemberani, memahami ancaman yang ditimbulkan oleh VOC. Dia melihat bagaimana VOC menggunakan taktik licik dan kekuatan militer untuk memaksakan monopoli perdagangan di wilayah-wilayah lain di Nusantara. Sultan Hasanuddin bertekad untuk mempertahankan kedaulatan Gowa dan melindungi rakyatnya dari cengkeraman VOC.

Ketegangan antara Gowa dan VOC semakin memuncak. Insiden-insiden kecil mulai terjadi, seperti penangkapan kapal-kapal Gowa oleh VOC dan pembatasan akses pedagang Gowa ke pasar-pasar rempah-rempah. Sultan Hasanuddin berusaha menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomasi, namun VOC tetap keras kepala. Mereka menginginkan kontrol penuh atas perdagangan di Makassar, dan mereka siap menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan mereka.

Pada tahun 1666, perang akhirnya pecah. Armada VOC yang kuat, dipimpin oleh Laksamana Cornelis Speelman, membombardir Benteng Somba Opu. Gowa melawan dengan sengit, menggunakan meriam-meriam mereka untuk membalas serangan VOC. Pertempuran berlangsung selama berbulan-bulan, kedua belah pihak menderita kerugian besar.

Sultan Hasanuddin memimpin pasukannya dengan keberanian yang luar biasa. Dia berjuang di garis depan, menginspirasi rakyatnya untuk melawan penjajah. Namun, VOC memiliki keunggulan dalam hal persenjataan dan jumlah pasukan. Mereka juga menggunakan taktik adu domba, menggalang dukungan dari kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan yang iri terhadap kekuasaan Gowa.

Salah satu sekutu VOC yang paling berharga adalah Arung Palakka, penguasa Bone yang ambisius. Arung Palakka memiliki dendam pribadi terhadap Gowa, dan dia melihat kesempatan untuk membalas dendam dan memperluas kekuasaannya sendiri dengan membantu VOC. Pasukan Bone bergabung dengan VOC dalam menyerang Gowa, memberikan pukulan telak bagi pertahanan Gowa.

Pada tahun 1669, Benteng Somba Opu akhirnya jatuh ke tangan VOC. Sultan Hasanuddin terpaksa mundur ke pedalaman, melanjutkan perlawanan gerilya. Namun, VOC terus mengejarnya, membakar desa-desa dan membunuh rakyat Gowa yang tidak bersalah.

Perang Makassar menghancurkan Gowa. Kerajaan yang dulu megah dan kaya raya kini terkapar di reruntuhan. VOC memaksakan Perjanjian Bongaya yang merugikan Gowa, membatasi kedaulatannya dan memberikan VOC hak monopoli perdagangan. Sultan Hasanuddin akhirnya menyerah pada tahun 1670, mengakhiri perlawanan Gowa yang heroik.