Find Us On Social Media :

Profil Anggota BPUPPKI: Dr. Sukiman Wirjosandjojo Yang Dikenal Keras Terhadap Komunis

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 15 Agustus 2024 | 14:18 WIB

Sukiman punya peran penting dalam rangkaian sidang BPUPKI. Ada usulan-usulan penting yang dilontarkan pria kelahiran Solo itu untuk Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi dasar konstitusi negara Indonesia.

Sukiman punya peran penting dalam rangkaian sidang BPUPKI. Ada usulan-usulan penting yang dilontarkan pria kelahiran Solo itu untuk Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi dasar konstitusi negara Indonesia.

Intisari-Online.com - Sukiman adalah anak bungsu empat bersaudara dari keluarga Wirjosandjojo yang lahir pada 19 Juli 1898 di Kampung Beton, Solo. Ayahnya dikenal sebagai saudagar bahan pangan seperti beras dan lain-lainnya. Usaha Wirjosandjojo ini tidak hanya bergerak di Kota Solo, tapi juga di kota-kota lain.

Sehingga terjadilah persahabatan antara Wirjosandjojo dan Van Der Wal seorang pensiunan tentara Belanda yang mencurahkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Dia mengurus suatu asrama khusus untuk anak-anak yang sekolah di Boyolali.

Secara resmi Sukiman agak terlambat memasuki bangku pendidikan. Ia dimasukkan ayahnya ke Europese Lagere School (ELS). Untuk melapangkan jalan, Sukiman diambil menjadi anak angkat oleh Van Der Wal dan tinggal di tempat orangtua angkatnya itu. Dia sekolah selama tujuh tahun di ELS. Setelah lulus dari ELS, Sukiman melanjutkan studinya ke STOVIA di Batavia. Di sekolah yang baru inilah Sukiman memperoleh beasiswa dari Pemerintah Hindia Belanda.

Sewaktu belajar di STOVIA, ada sebuah tawaran pekerjaan dari Perusahaan Kereta Api yang hampir menggoyahkan iman Sukiman untuk meninggalkan studinya. Akan tetapi setelah mendapat persetujuan dari orangtuanya yang bersedia membiayainya untuk meneruskan studinya sampai Art (dokter) penuh di Negeri Belanda, maka ia bersedia melanjutkannya sampai selesai.

Dalam masa studinya di Stovia itu, dia ikut dalam Tri Koro Darmo yang kemudian berubah menjadi Jong Java. Di dalam setiap kesempatan baik di dalam forum resmi atau di tempat terbuka dia turut menyampaikan ide dan buah pikirannya untuk kepentingan Jong Java.

Sukiman turut berpartisipasi dan memberikan andil dalam pertumbuhan Jong Java. Oleh karena dedikasi dan perhatiannya terhadap perkembangan Jong Java, maka Kongres Jong Java di Solo pada 21 - 27 Mei 1922 memutuskan untuk menawarkan anggota kehormatan kepada Sukiman.

Selain aktif di Jong Java, Sukiman tidak melupakan pelajarannya di STOVIA Batavia. Dia berhasil meraih ge1ar Indische Art pada 1922. Di saat Kongres Jong Java di Bogor, Sukiman menyampaikan pidato dengan menjelaskan apa artinya persatuan, dan bagaimana membinanya supaya berjalan dan memberi faedah dan manfaat.

Pidato ini mengandung makna yang menggugah hati dan membangkitkan semangat persatuan bangsa diantara para hadirin.

Dalam perkembangan selanjutnya, setelah berumah tangga dan mempunyai seorang anak, Sukiman meneruskan studinya di tingkat doktoral pada Fakultas Kedokteran di kota Amsterdam, dan dia berhasil mendapat gelar Art penuh. Kehadiran Sukiman di Negeri Belanda membawa perubahan dalam perkembangan Perkumpulan Pemuda.

Pelajar dan Mahasiswa yang ada di negeri Belanda sehingga menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) di bawah pimpinan Iwa Koesoema Soemantri ketika itu. Pada periode kepengurusan Nazir Datoek Pamoentjak (1922-1923) Sukiman mendapat kepercayaan menjadi ketua panitia peringatan ke-15. Dia merencanakan kegiatan menerbitkan sebuah Buku Peringatan (Geden Boek) yang akan dikeluarkan dua tahun kemudian.

Pada periode kepengurusan Nazir Datoek Pamoentjak (1924 - 1925) dengan suara bulat terpilih Sukiman sebagai ketua perkumpulan, dan pada awal kepengurusannya bahasa Indonesia dipakai secara resmi dalam rapat atau pertemuan dalam organisasi yang dipimpinnya itu.