Find Us On Social Media :

Bentuk Perlawanan Pattimura, Nyala Api di Timur Nusantara

By Afif Khoirul M, Selasa, 13 Agustus 2024 | 16:15 WIB

Thomas Matulessy atau yang dikenal sebagai Kapitan Pattimura. Artikel ini membahas nilai keteladanan Perang Saparua di Ambon, yang dipimpin oleh Pattimura melawan Belanda pada tahun 1817.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin timur berbisik lembut, membawa kisah heroik yang terukir di setiap sudut Maluku. Di tanah rempah yang harum, tumbuh semangat perlawanan yang tak pernah padam.

Pattimura, sang Kapitan pemberani, menjadi simbol perjuangan rakyat melawan penjajahan Belanda. Dengan hati membara dan tekad baja, ia memimpin perlawanan yang mengguncang sendi-sendi kekuasaan kolonial.

Tahun 1817, Maluku terjerat dalam cengkeraman Belanda yang kian menindas. Rakyat dipaksa menyerahkan hasil bumi mereka, sementara kemiskinan dan penderitaan merajalela. Namun, di tengah kegelapan itu, muncul secercah harapan.

Thomas Matulessy, seorang mantan sersan milisi, bangkit menjadi pemimpin perlawanan. Ia dikenal dengan nama Pattimura, yang berarti "pemimpin empat ribu orang".

Pattimura bukanlah pejuang biasa. Ia memiliki kharisma yang mampu menyatukan berbagai kelompok masyarakat. Dengan pidato berapi-api, ia membangkitkan semangat juang rakyat Maluku. "Kita tidak boleh tunduk pada penindasan! Kita harus merebut kembali kemerdekaan kita!" serunya.

Perlawanan Pattimura tidak hanya mengandalkan semangat juang, tetapi juga strategi yang cerdik. Ia menerapkan taktik gerilya, menyerang secara tiba-tiba dan menghilang di tengah hutan lebat. Pasukan Belanda dibuat kewalahan menghadapi serangan-serangan tak terduga ini.

Salah satu momen paling heroik dalam perlawanan Pattimura adalah penyerbuan Benteng Duurstede. Pada malam gelap gulita, pasukan Pattimura menyusup ke dalam benteng.

Dengan keberanian luar biasa, mereka berhasil menguasai benteng tersebut, menewaskan Residen Van den Berg, dan mengibarkan bendera Merah Putih.

Perjuangan Pattimura bukanlah perjuangan seorang diri. Ia didukung oleh para pejuang pemberani lainnya, seperti Christina Martha Tiahahu, Said Perintah, dan Anthony Reebok. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, tetapi memiliki satu tujuan yang sama: membebaskan Maluku dari belenggu penjajahan.

Christina Martha Tiahahu, seorang gadis remaja yang berani, memimpin pasukan perempuan dalam pertempuran. Ia menjadi simbol semangat juang kaum perempuan Maluku.