Find Us On Social Media :

Mengapa Kita Masih Menjalankan Tradisi Dan Ritual Sumpah Pocong?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 10 Agustus 2024 | 10:48 WIB

Sumpah pocong atau sumpah mimbar kerap dijadikan alternatif terakhir sebuah sengketa hukum. Bikin ngeri karena langsung dikaitkan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang dilakukan Saka Tatal dalam kasus Vina Cirebon.

Sumpah pocong atau sumpah mimbar kerap dijadikan alternatif terakhir sebuah sengketa hukum. Bikin ngeri karena langsung dikaitkan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang dilakukan Saka Tatal dalam kasus Vina Cirebon.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Sumpah pocong kembali terjadi, kali ini terkait dengan kasus pembunuhan Vina di Cirebon, Jawa Barat, yang terjadi delapan tahun yang lalu yang terus berlarut-larut. Pelaku sumpah pocongnya adalah Saka Tatal.

Cara itu dia lakukan untuk membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam pembunuhan Vina dan Muhammad Rizky pada 2016 lalu itu. Tak hanya sumpah pocong, sebelumnya, eks terpidana kasus Vina itu juga mengajukan upaya hukum peninjauan kembali atau PK.

Mengutip Kompas.ID, ratusan warga memadati Padepokan Agung Amparan Djati di Desa Lurah, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (9/8/2024) sekitar pukul 13.00 WIB. Jalan menuju lokasi, yang lebarnya hanya muat satu mobil, semakin sempit seiring hadirnya pedagang kaki lima dan warga.

Sumpah pocong merupakan ritual yang biasa dilakukan masyarakat untuk menyelesaikan sengketa, perselisihan, hingga tuduhan atau fitnah. Pada pelaksanaannya, seseorang akan mengenakan kain kafan layaknya pocong. Dalam kasus ini, Saka ingin membuktikan, ia tidak terlibat kasus Vina.

Pertanyaan kemudian muncul, di era yang canggih ini, kenapa sebagian orang masih melakukan sumpah pocong? Apakah ini juga bukti bahwa otoritas hukum di negara ini sudah begitu tidak dipercayainya oleh masyarakat?

Majalah Intisari pernah menuliskannya untuk kita semua, kenapa orang-orang melakukan sumpah pocong. Penulisnya adalah Shinta Teviningnun, judulnya:

"SUMPAH POCONG, MENGHINDARI SUMPAH BOHONG"

Akhir Juni 1996, suasana di Masjid Agung Al-Ikhlas, Ketapang, Kalimantan Barat, nampak lain dari biasa. Ribuan orang memenuhi tak hanya pekarangan, bahkan meluber hingga ke jalan. Jauh berbeda dengan suasana di luar yang riuh oleh kerumunan massa, suasana khidmat menyelimuti ruangan masjid.