Syarif Kasim II: Sultan Siak Sumbangkan Tanah Berlapiskan Minyak Bumi ke NKRI

Afif Khoirul M

Penulis

Kilang minyak di pangkalan Brandan.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -Di tepian sungai Siak yang berliku, berdiri megah Istana Asserayah Hasyimiah, kediaman Sultan Syarif Kasim II, penguasa terakhir Kesultanan Siak Sri Indrapura. Sultan Syarif Kasim II, seorang sosok yang berwibawa dengan sorot mata tajam yang memancarkan kebijaksanaan dan keberanian.

Beliau dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, dicintai oleh rakyatnya. Namun, di balik kemegahan istana dan kejayaan kesultanan, tersimpan kisah kedermawanan yang mengiringi akhir kekuasaan sang sultan.Lahir pada 1 Desember 1890, Syarif Kasim II adalah putra dari Sultan Syarif Hasyim. Sejak muda, beliau dididik dengan nilai-nilai luhur dan ajaran agama yang kuat. Beliau juga dikenal cerdas dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Pada usia 21 tahun, Syarif Kasim II diangkat menjadi sultan menggantikan ayahnya yang wafat.Masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim II ditandai dengan berbagai kemajuan dan perkembangan di berbagai bidang. Beliau membangun infrastruktur, meningkatkan pendidikan, dan memajukan perekonomian. Sultan juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli terhadap rakyatnya. Beliau sering turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi rakyatnya dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.Namun, badai perubahan datang menghampiri. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi titik balik sejarah bagi bangsa Indonesia, termasuk Kesultanan Siak. Sultan Syarif Kasim II, dengan kebesaran hati dan jiwa patriotisnya, memutuskan untuk mendukung penuh perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Keputusan ini diambil dengan penuh pertimbangan, menyadari bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.Sultan Syarif Kasim II tidak hanya memberikan dukungan moril, tetapi juga dukungan materiil yang sangat besar. Beliau menyumbangkan harta bendanya untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, sang sultan rela melepas sebagian besar kekayaannya demi kemerdekaan bangsanya."Harta benda adalah titipan semata, namun kemerdekaan adalah hak yang harus diperjuangkan," demikianlah prinsip yang dipegang teguh oleh Sultan Syarif Kasim II.Bukan sekadar uang 13 juta gulden, mahkota bertahta zamrud, atau keris pusaka, melainkan tanah subur yang menyembunyikan "emas hitam" dalam perutnya.Sumatran Light Sweet Crude Oil, minyak berkualitas tinggi yang menjadi primadona dunia, tersembunyi di ladang Minas, hadiah tak ternilai dari Sultan Syarif Kasim II. Dengan kebesaran hati seorang negarawan, beliau menyerahkan tanah leluhurnya untuk kemakmuran bangsa yang baru lahir.Richard H Hopper, sang penemu ladang minyak Minas, menggandeng PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) untuk mengelola kekayaan alam ini. Sejak awal 1950-an, jutaan barel minyak mengalir dari perut bumi Siak, mengisi pundi-pundi negara dan mengubah wajah Riau menjadi negeri yang makmur.Puncak produksi minyak Riau mencapai satu juta barel per hari pada Mei 1973, sebuah prestasi gemilang yang tercatat dalam sejarah industri minyak Indonesia. Selama puluhan tahun, ladang minyak Minas telah memberikan kontribusi lebih dari 12 miliar barel minyak secara kumulatif, angka yang nyaris tak terbayangkan.Namun, di balik gemerlap angka produksi dan keuntungan yang melimpah, tersimpan kisah pengorbanan seorang sultan yang rela menyerahkan kekayaan negerinya demi masa depan bangsa. Tanah yang dulu menjadi sumber penghidupan rakyat Siak, kini menjadi ladang emas yang mengalirkan kekayaan bagi seluruh Indonesia.Jika dihitung dengan nilai uang, sumbangan tanah dan minyak dari Kesultanan Siak mungkin mencapai jutaan triliun rupiah, angka yang tak terhingga nilainya. Namun, bagi Sultan Syarif Kasim II, nilai sejati dari sumbangannya bukanlah materi, melainkan pengabdiannya kepada tanah air tercinta.Kisah ini bukanlah satu-satunya. Kesultanan Melayu Indragiri juga turut menyerahkan tanah mereka untuk produksi minyak PT Stanvac Indonesia (PTSI) sejak tahun 1955-an. Sumbangsih orang Melayu kepada negeri ini tak terhitung nilainya, terukir dalam sejarah sebagai bukti cinta mereka kepada Indonesia.Namun, pengorbanan Sultan Syarif Kasim II tidak berhenti di situ. Beliau juga aktif dalam perjuangan diplomasi untuk mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia. Sultan Syarif Kasim II menjalin hubungan dengan berbagai negara dan organisasi internasional untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia.Kisah Sultan Syarif Kasim II adalah kisah tentang pengorbanan, keberanian, dan cinta tanah air. Beliau adalah sosok pemimpin yang patut diteladani. Semangat juangnya yang tak kenal lelah dan pengorbanannya yang tulus menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.Walaupun singgasana emasnya telah hilang, namun nama Sultan Syarif Kasim II akan selalu bersinar dalam sejarah Indonesia. Beliau adalah sultan yang rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsanya. Kisahnya akan terus dikenang sebagai kisah seorang pahlawan sejati.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait