Find Us On Social Media :

Pemberontakan PKI Madiun 1948 Hanya Selang 6 Hari Setelah PON Pertama Berakhir, 1 Atletnya Jadi Korban

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 7 Agustus 2024 | 14:17 WIB

Di bulan September 1948 terjadi dua peristiwa besar di Indonesia. Pertama Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama, kedua Pemberontakan PKI Madiun 1948. Dua kejadian ini hanya berselang enam hari.

Di bulan September 1948 terjadi dua peristiwa besar di Indonesia. Pertama Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama, kedua Pemberontakan PKI Madiun 1948. Dua kejadian ini hanya berselang enam hari.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Perjanjian Renville yang terjadi pada 8 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948 "memakan" banyak kalangan. Di antaranya adalah Amir Syarifuddin yang kemudian menggerakkan sebuah kup yang berpusat di Kota Madiun pada 18 September 1948.

Peristiwa Madiun 1948 bermula dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin karena tidak lagi mendapat dukungan setelah kesepakatan Perjanjian Renville. Pihak Amir menganggap bahwa dalam perjanjian tersebut Belanda adalah pihak yang diuntungkan, sedangkan Indonesia pihak yang dirugikan.

Setelah mundurnya Amir dari kebinet, Presiden Soekarno lalu menunjuk Muhammad Hatta sebagai perdana menteri dan membentuk kabinet baru. Mendapati kondisi ini, Amir tidak sepakat dan kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Dalam menjalankan rencananya Amir tidak sendirian, dia didukung oleh kelompok-kelompok beraliran kiri terutama komunis. Salah satunya yakni pemimpin PKI, Musso, untuk melakukan pemberontakan di Madiun.

Rencananya tidak hanya Madiun, mereka berencana untuk menguasai daerah-daerah strategis seperti Madiun, Solo, dan juga Kediri. Di Solo mereka merencanakan untuk menculik para tokoh di Solo dan kemudian dibunuh. Selain itu, mereka juga berencana untuk mengadu domba TNI setempat.

Hal pertama yang dilakukannya adalah dengan melakukan propaganda antipemerintahan. Gerakan selanjutnya adalah aksi mogok kerja oleh kaum buruh. Setelah itu mulai dilakukan penculikan dan pembunuhan tokoh-tokoh negara.

Adapun tokoh-tokoh yang dibunuh di antaranya ialah Kolonel Sutarto, Gubernur Jawa Timur, RM Ario Soerjo dan dr. Moewardi. Puncak dari pemberontakan itu terjadi pada 18 September 1948. Setelah Madiun ditaklukkan, diumumkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.

Untuk mengatasi kondisi Madiun yang kacau, pemerintah Indonesia pada 20 September 1948 mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution. Di bawah komando Kolonel A.H. Nasution pasukan berhasil menumpas para pemberontak.