Find Us On Social Media :

[ARSIP] Apa Jadinya Bila Kompeni Belanda Jadi Tawanan Sultan Agung?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 3 Agustus 2024 | 20:13 WIB

Orang-orang Kompeni Belanda mengalami nasib buruk saat menjadi tawanan Sultan Agung Penguasa Mataram. Jadi santapan buaya.

[ARSIP]

Orang-orang Kompeni Belanda mengalami nasib buruk saat menjadi tawanan Sultan Agung Penguasa Mataram. Jadi santapan buaya.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Setelah Surabaya pada 1625 dapat ditundukkan mulailah Sultan Agung mengalihkan perhatiannya ke arah Barat sehingga terjadi lagi ketegangan hubungan dengan Kompeni. Ketegangan semakin memuncak ketika Mataram menyerang Batavia sampai dua kali (1628 dan 1629).

Meskipun serbuan tersebut gagal, Mataram terus menjalankan politik blokadenya dengan lebih ketat. Merasa terpojok posisinya, Gubernur Jenderal Jaques Specx memutuskan untuk mengadakan perundingan lagi.

Namun agak sukar baginya mencari orang yang mampu dan bersedia dikirim ke ibukota Mataram, karena takut ditawan dan dijadikan sandera. Akhirnya, van Maseyck yang pernah menjadi duta dan bahkan menjadi tawanan di Mataram memberanikan diri menerima tugas itu.

Kapal yang ditumpanginya merapat di Jepara pada bulan April 1631. Sejumlah besar barang bingkisan diturunkan dan diatur di pelabuhan dijaga oleh 25 orang serdadu Kompeni di bawah pimpinan Antonio Paulo. Sementara itu di kejauhan nampak pasukan-pasukan Mataram siap siaga di bawah pimpinan Adipati Demak.

Kedua belah pihak mengibarkan bendera putih sebagai tanda bersedia berunding. Namun perundingan mencapai jalan buntu dan van Maseyck mundur kembali mendekati anak buahnya. Tiba-tiba Adipati Demak memberikan aba-aba menyerang dan pasukan-pasukan Mataram langsung menyerbu ke arah orang-orang Belanda.

Ke-25 orang serdadu Kompeni termasuk Antonio Paulo dapat ditawan, barang-barang bingkisan dirampas semua, sedangkan van Maseyck dapat melarikan diri menuju ke kapal yang segera mengangkat sauh dan bertolak ke arah Barat.

Menurut perhitungan pihak Kompeni saat itu di Mataram tidak kurang dari 50 orang Belanda yang dijadikan tawanan. Mereka semua diharuskan melakukan kerja paksa dalam keadaan yang amat menyedihkan karena kekurangan makanan.