Penulis
Legiun Mangkunegaran menjadi salah satu potret bagaimana mandiri dan otonomnya Praja Mangkunegaran yang didirikan oleh Pangeran Sambernyawa (Mangkunegara I).
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Sebagai sebuah kadipaten, tentu posisi Mangkunegaran lebih rendah dibanding Kasunanan (Surakarta) dan Kesultanan (Yogyakarta). Meskipun begitu, kadipaten ini punya kemandirian yang luar biasa.
Hal ini bisa dilihat dari Legiun Mangkunegaran, korps angkatan bersenjata Kadipaten Mangkunegaran yang dibentuk pada era Mangkunegara II. Kerajaan Belanda punya andil besar terhadap berdirinya legiun ini.
Selain sebagai angkatan bersenjata pilih tanding, Legiun Mangkunegaran juga difungsikan untuk menampung bekas pasukan perang Pangeran Sambernyawa, patron trah Mangkunegaran, para penguasanya disebut sebagai Mangkuengara.
Pendiri trah Mengkunegaraan adalah Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, yang kelak bergelar Mangkunegara I. Kedudukan para penguasa Mangkunegaran berada di di Pura Mangkunegaran yang terletak di pusat kota Surakarta.
Berdasarkan berjanjian pembentukannya, penguasa-penguasa Mangkunegaran berhak menyandang gelar Pangeran Adipati yang secara formal disebut Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Sepati ing Ayudha Sudibyaningprang. Meski begitu, mereka tidak diperbolehkan menyandang gelar susuhunan (sunan) atau sultan.
Kadipaten Mangkunegaran secara hierarkis berada di bawah Kasunanan Surakarta. Meski begitu, ia berbeda dari kadipaten-kadipaten yang lain. Mangkunegaran punya daerah kekuasaan juga otonomi yang begitu luas, salah satunya adalah berhak mempunya tentara sendiri, yang kelak dikenal sebagai Legiun Mangkunegaran.
Legiun Mangkunegaran sekuat tentara Eropa
Mengutip Kompas.com, Legiun Mangkunegaran adalah bala tentara milik Praja Mangkunegaran yang pernah menjadi kesatuan militer terbaik di Asia pada masanya. Legiun Mangkunegaran dibentuk oleh Mangkunegara II pada 1808 dengan mengadopsi militer Prancis, Grande Armee, yang menjadi angkatan darat terkuat di dunia saat itu.
Tak heran bilaLegiun Mangkunegaran berkembang menjadi kesatuan militer terbaik dan paling modern di Asia yang mampu memenangkan banyak pertempuran.
Sejarah pembentukan Legiun Mangkunegaran dapat ditelusuri dari tradisi kemiliteran yang diletakkan oleh Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I. Selama Mangkunegara I berkuasa (1757-1795), terdapat pasukan gerilya yang berjuang sebagai satuan militer Praja Mangkunegaran.
Satuan militer yang ada pada Legiun Mangkunegaran terdiri atas 12 kesatuan berpengalaman, 22 unit infanteri, kavaleri, dan artileri, yang masing-masing terdiri atas 44 orang. Pasukan tersebut kemudian dikembangkan oleh Mangkunegara II menjadi Legiun Mangkunegaran pada 1808.
Legiun Mangkunegaran dibentuk dengan mengadopsi persenjataan, taktik, organisasi, hingga penampilan fisik Grande Armee, yang berada di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Tidak hanya itu, nama legiun sendiri juga diadopsi dari bahasa Perancis, yaitu Legionnaire, yang berarti pasukan bala tentara.
Legiun Mangkunegaran dibentuk dengan tugas utama untuk menghadapi pemberontakan rakyat dan sebagai cadangan pasukan Hindia Belanda. Meski tidak menyukai Belanda, tetapi Mangkunegara II mendahulukan kepentingan kerajaan untuk memiliki bala tentara yang kuat seperti satuan militer Eropa.
Demi membentuk satuan militer sekuat tentara Eropa, Mangkunegara II mengundang perwira-perwira militer Belanda, Perancis, dan Inggris yang profesional untuk melatih Legiun Mangkunegaran.
Legiun Mangkunegaran mendapatkan beragam pelatihan kemiliteran di sekolah militer Soldat Sekul, agar mahir menggunakan berbagai senjata tajam berupa keris, pedang, tombak, sumpit, dan panah. Selain itu, pasukan ini juga dilatih agar piawai menggunakan berbagai senjata modern, seperti senjata api maupun artileri.
Legiun Mangkunegaran juga dilatih untuk memiliki mobilitas tinggi dengan menggabungkan unsur infanteri, kavaleri, dan artileri, sehingga mampu menghadapi perang jangka panjang maupun perang gerilya.
Anggota Legiun Mangkunegaran tidak hanya terbatas bagi kaum laki-laki, tetapi juga perempuan. Bahkan pasukan perempuan bersenjatanya juga mahir memainkan alat musik. Legiun Mangkunegaran memiliki dua perwira senior berpangkat mayor, empat letnan ajudan, sembilan kapitan, delapan letnan tua dan muda, bintara sebanyak 32 sersan, serta beberapa staf lainnya.
Saat itu kekuatan Legiun Mangkunegaran berjumlah 1.150 prajurit, yang dibagi dalam 800 prajurit infanteri, 100 prajurit penyerbu, 200 prajurit kavaleri (berkuda), dan 50 prajurit artileri (meriam). Legiun Mangkunegaran adalah satuan militer yang ditempa dengan budaya Barat dan Jawa.
Perpaduan dua kebudayaan pun tampak pada cara berbusana para serdadu dan perwiranya, yang mengenakan seragam gabungan militer Perancis dan Jawa. Selain itu, strategi perang dan senjatanya pun perpaduan dari milik Barat dan Jawa.
Sejak masa pembentukannya, Legiun Mangkunegaran pernah terlibat dalam banyak pertempuran, berikut di antaranya:
1. Menjadi penjaga Yogyakarta dan Surakarta dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro
2. Melawan pasukan Inggris-Sepoy (India) pada 1811 di Yogyakarta
3. Menjadi bagian penting pasukan Gubernur Jenderal Janssens dalam pertempuran melawan pasukan Inggris di Semarang (1811)
4. Melawan Kesultanan Aceh (1873-1904)
5. Menumpas bajak laut di Bangka (1919-1920)
6. Melawan serbuan Jepang ke Jawa pada 1942
Legiun Mangkunegaran mampu bertahan sampai masa kekuasaan Mangkunegara VII (1916-1944). Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang Legiun Mangkunegaran.