Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Di era modern, kopi menjelma menjadi komoditas global yang digemari banyak orang. Aromanya yang memikat dan sensasi kafeinnya yang membangkitkan semangat menjadikannya minuman favorit bagi berbagai kalangan.
Kedai kopi pun menjamur di berbagai penjuru dunia, menjadi tempat berkumpul, bercengkrama, dan menikmati secangkir kopi hangat.
Mari kita telusuri jejak pahit dan manis sejarah kopi, dari legenda gembala kambing di Ethiopia hingga budaya populer global yang digemarinya saat ini.
_________________________________________________________
Kisah kopi bermula di Ethiopia pada abad ke-9. Legenda menyebutkan bahwa seorang penggembala kambing bernama Khaldi menemukan tanaman kopi secara tidak sengaja. Ia melihat kambingnya menjadi berenergi setelah memakan buah merah dari tanaman tersebut.
Tergerak oleh rasa ingin tahu, Khaldi pun mencoba merebus buah tersebut dan meminumnya. Sensasi yang dirasakannya membuatnya terkesan, dan dimulailah tradisi mengonsumsi kopi di Ethiopia.
Awalnya, masyarakat Ethiopia memanfaatkan kopi sebagai makanan. Biji kopi ditumbuk dan dicampur dengan minyak, kemudian dibentuk menjadi bola-bola energi yang mudah dibawa dan dikonsumsi. Tradisi ini masih dilestarikan di beberapa daerah di Afrika hingga saat ini.
Barulah pada abad ke-15, bangsa Arab mulai mengenal kopi dan mengolahnya menjadi minuman. Mereka merebus biji kopi kering dengan air panas, menciptakan sensasi rasa baru yang memikat. Inovasi ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, membawa kopi pada popularitasnya seperti sekarang.
Baca Juga: Kisah Kopi Luwak: Perbudakan Hindia Belanda yang Tak Sengaja Hasilkan Kopi Termahal di Dunia
Perjalanan Kopi ke Berbagai Penjuru Dunia: Dari Timur Tengah Hingga Skandinavia
Pada abad ke-17, kopi telah menjelajahi berbagai penjuru dunia, membawa aroma dan cita rasa baru bagi masyarakat di berbagai negara. Di Timur Tengah, kopi menjadi minuman populer di kalangan para sufi dan cendekiawan.
Kedai kopi pun bermunculan, menjadi tempat berdiskusi dan bertukar ide.
Namun, popularitas kopi tidak selalu mulus. Di beberapa negara, kopi sempat dilarang karena berbagai alasan. Di Arab Saudi, kopi dilarang pada tahun 1511 karena dianggap membahayakan kesehatan dan mengganggu ketertiban umum.
Larangan ini sempat dicabut, namun kembali diberlakukan di beberapa periode selanjutnya.
Di Italia, kopi juga sempat ditentang oleh para pendeta Katolik yang khawatir kopi akan menggeser popularitas anggur, minuman yang identik dengan agama Katolik.
Namun, resistensi ini tidak mampu menahan gelombang popularitas kopi, dan Italia pun menjadi salah satu penikmat kopi terkemuka di dunia.
Di Skandinavia, kopi menjadi populer setelah Raja Gustav II dari Swedia memberikan hukuman unik kepada dua orang yang terlibat dalam kasus kriminal. Salah satu dari mereka hanya boleh minum kopi selama hidupnya, sedangkan yang lain hanya boleh minum teh.
Sang raja ingin melihat siapa yang akan meninggal lebih dahulu untuk menentukan siapa yang bersalah. Tak disangka, orang yang minum teh lah yang meninggal pada usia 83 tahun, dan sejak saat itu kopi menjadi minuman favorit di Skandinavia.
Kedatangan Kopi di Inggris dan Rusia, Kontroversi dan Larangan
Di Inggris, kopi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1650 di Universitas Oxford. Kedai kopi pun bermunculan, menjadi tempat berkumpul para intelektual dan aktivis politik.
Namun, popularitas kopi ini menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Inggris yang melihat kedai kopi sebagai tempat berkumpulnya para pembangkang. Pada tahun 1675, Raja Charles II mengeluarkan dekrit untuk menutup semua kedai kopi di Inggris.
Di Rusia, kopi juga sempat dilarang oleh Tsar Peter the Great pada tahun 1777. Larangan ini didasari oleh anggapan bahwa kopi merupakan minuman yang bergengsi dan hanya boleh dinikmati oleh kalangan bangsawan. Namun, larangan ini tidak berlangsung lama dan kopi kembali dilegalkan beberapa tahun kemudian.
Baca Juga: Kopi Yang Jadi Kebanggaan Indonesia Itu Warisan Sistem Tanam Paksa Belanda, Lho
Dari Ritual Tradisional Hingga Gelombang Kopi Gelombang Ketiga
Biji kopi disangrai di atas perapian, aroma harumnya memenuhi udara, dan kopi disajikan dalam cawan kecil yang dihiasi rumit. Ritual ini melambangkan keakraban, kebersamaan, dan penghormatan terhadap sejarah panjang kopi.
Di Turki, kopi kental yang diseduh dengan pasir panas, dikenal dengan sebutan "Türk Kahvesi", menjadi minuman wajib yang dinikmati dalam keseharian. Ritual pembuatan dan penyajian kopi Türk Kahvesi dianggap sebagai seni tersendiri, dan ampas kopi yang tertinggal di cangkir bahkan digunakan untuk meramal masa depan.
Sementara itu, di Vietnam, kopi disajikan dengan cara unik menggunakan saringan khusus yang disebut "phin". Kopi tetes demi tetes ke dalam gelas berisi susu kental manis, menciptakan perpaduan rasa yang nikmat dan kaya.
Kopi Vietnam ini banyak digemari karena menawarkan sensasi tersendiri bagi para penikmatnya.
Fokus pada Kualitas dan Asal
Menjelang akhir abad ke-20, dunia kopi memasuki era yang dikenal sebagai "Gelombang Kopi Gelombang Ketiga". Ini ditandai dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kualitas dan asal-usul biji kopi. Para penikmat kopi tidak lagi hanya terpaku pada rasa pahit dan kafein semata, melainkan mulai menghargai cita rasa yang khas dari berbagai daerah penghasil kopi.
Teknik roasting yang lebih detail dan presisi pun mulai diterapkan untuk menghasilkan cita rasa terbaik dari setiap jenis biji kopi. Para barista tidak lagi hanya peracik kopi, tetapi juga menjadi ahli yang memahami karakteristik kopi dari berbagai penjuru dunia.
Lebih dari Sekedar Minuman
Kopi telah menjelma menjadi lebih dari sekedar minuman. Ia menjadi bagian dari gaya hidup, ritual sosial, dan bahkan identitas budaya bagi masyarakat di berbagai belahan dunia. Secangkir kopi dapat menjadi teman setia di pagi hari, memicu kreativitas saat bekerja, atau menjadi penghangat suasana saat bercengkrama dengan teman.
Ke depannya, kopi diperkirakan akan terus berevolusi. Inovasi dalam hal budidaya, pengolahan, dan penyajian kopi akan terus bermunculan. Kopi akan semakin berkelanjutan, memperhatikan kesejahteraan petani kopi, dan ramah lingkungan.
Secangkir kopi di tangan kita tidak hanya sekedar minuman, tetapi juga representasi dari perjalanan panjang, kearifan lokal, dan semangat para insan di balik dunia kopi.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---