Penulis
Asea
Intisari-online.com - Perang Indochina ke-3, yang berkecamuk di Kamboja dari tahun 1978 hingga 1989, menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah Asia Tenggara.
Konflik ini bukan hanya merenggut banyak korban jiwa, tetapi juga mengancam stabilitas regional dan persatuan ASEAN.
Di tengah situasi yang genting ini, Indonesia memainkan peran penting dalam penerapan politik bebas aktifnya, berusaha memediasi perdamaian dan menjaga stabilitas ASEAN.
Politik bebas aktif, yang digagas oleh Presiden Soekarno, merupakan prinsip dasar politik luar negeri Indonesia sejak kemerdekaan. Prinsip ini menekankan pada kemerdekaan nasional, perdamaian dan persahabatan, serta tidak memihak blok kekuatan besar.
Dalam konteks Perang Indochina ke-3, Indonesia dihadapkan pada dilema antara mendukung Vietnam, sekutu ideologinya, atau Kamboja, negara tetangga yang diserang.
Peran Indonesia
Indonesia memilih untuk tetap netral dalam konflik ini, namun bukan berarti tidak mengambil peran aktif. Berikut adalah beberapa peran penting Indonesia dalam penerapan politik bebas aktif di regional ASEAN dalam Perang Indochina ke-3:
Sebagai Perantara: Indonesia menjadi fasilitator dalam berbagai pertemuan dan perundingan damai antara pihak-pihak yang bertikai.
Salah satu contoh penting adalah Jakarta Informal Meeting (JIM) yang diadakan pada tahun 1988, di mana Indonesia berhasil mempertemukan Kamboja dan Vietnam untuk pertama kalinya setelah perang.
Membuka Saluran Komunikasi: Indonesia membuka jalur komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai dan dengan negara-negara besar yang terlibat dalam konflik.
Hal ini membantu meredakan ketegangan dan membuka peluang untuk dialog dan negosiasi.
Mendukung Solusi Damai: Indonesia secara konsisten mendorong penyelesaian damai melalui perundingan dan kompromi.
Indonesia juga aktif dalam upaya rekonstruksi dan rehabilitasi Kamboja setelah perang.
Memperkuat ASEAN: Indonesia bekerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk memperkuat organisasi regional ini dan meningkatkan perannya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Baca Juga: AksiPierre Tendean Menyusup ke Malaysia
Dampak Peran Indonesia
Peran aktif Indonesia dalam Perang Indochina ke-3 memiliki dampak positif yang signifikan:
Membantu Mencapai Perdamaian: Upaya mediasi Indonesia membantu membuka jalan bagi penyelesaian damai di Kamboja.
Penandatanganan Perjanjian Jenewa pada tahun 1989 menandai berakhirnya perang dan dimulainya proses rekonstruksi Kamboja.
Meningkatkan Citra Indonesia: Peran Indonesia sebagai penengah yang netral dan konstruktif meningkatkan citra Indonesia di kancah internasional.
Indonesia diakui sebagai negara yang aktif dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Memperkuat ASEAN: Peran Indonesia dalam Perang Indochina ke-3 memperkuat ASEAN sebagai organisasi regional yang mampu menyelesaikan konflik anggotanya secara damai.
Hal ini menjadi preseden penting bagi penyelesaian konflik di masa depan.
Baca Juga: Ratu Sima dan Hukum Potong Tangan di Kerajaan Kalingga
Penutup
Peran Indonesia dalam Perang Indochina ke-3 merupakan contoh nyata penerapan politik bebas aktif dalam regional ASEAN.
Dengan tetap netral dan aktif dalam upaya perdamaian, Indonesia berhasil membantu menyelesaikan konflik yang kompleks dan berbahaya ini.
Peran Indonesia juga memperkuat ASEAN dan meningkatkan citra Indonesia di kancah internasional.
Perang Indochina ke-3 telah menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Pentingnya perdamaian, stabilitas, dan kerjasama regional harus terus ditekankan untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan.
Indonesia, dengan komitmennya pada politik bebas aktif, dapat terus memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.