Find Us On Social Media :

Belanda Tak Sanggup Membendung Gempuran Tentara Jepang

By Afif Khoirul M, Kamis, 4 Juli 2024 | 07:30 WIB

Tentara Jepang saat mendarat di Pulau Kalimantan. Artikel ini akan mengupas alasan mengapa Jepang tampak begitu mudah memasuki kepulauan Indonesia secara merata.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - 8 Maret 1942, sebuah peristiwa monumental terukir dalam sejarah Indonesia. Hindia Belanda, yang telah dijajah Belanda selama lebih dari 350 tahun, akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Penyerahan ini menandakan berakhirnya era kolonialisme Belanda dan dimulainya era pendudukan Jepang yang tak kalah kejamnya.

___________________________________________________________________

Udara kelabu menyelimuti Hindia Belanda pada awal 1942. Gemuruh pesawat tempur Jepang membelah langit, diikuti dentuman bom yang menggetarkan bumi.

Pasukan Belanda, yang selama berabad-abad berkuasa di Nusantara, kewalahan menghadapi gempuran Jepang yang datang dengan kekuatan militer modern.

Pertempuran sengit terjadi di berbagai penjuru Hindia Belanda. Di Tarakan, Kalimantan, perlawanan heroik pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) menjadi simbol perlawanan awal yang gigih.

Namun, keterbatasan persenjataan dan strategi tempur membuat Belanda terus terdesak!

Di balik garis depan, suasana tegang juga melanda pemerintahan Hindia Belanda. Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dilanda dilema. Ia sadar kekuatan militer Belanda tak sebanding dengan Jepang.

Keputusan untuk mundur dari Hindia Belanda dan melanjutkan perlawanan dari pengasingan pun mengemuka. Namun, hal ini ditentang sebagian petinggi militer yang menginginkan pertahanan mati-matian.

Sementara itu, di Hindia Belanda sendiri, masyarakat pribumi mulai merasakan dampak peperangan. Kelangkaan bahan makanan, harga yang meroket, dan suasana mencekam menjadi keseharian mereka.

Para pemuda Indonesia, yang selama ini didera penjajahan Belanda, diam-diam mengamati situasi. Ada setitik harapan yang muncul di tengah kesuraman – harapan akan perubahan.