Find Us On Social Media :

Akhir Karir Hoegeng, Polisi Anti Suap yang Diberhentikan Soeharto

By Afif Khoirul M, Selasa, 25 Juni 2024 | 18:15 WIB

Soeharto Sampai Turun Tangan, Jenderal Hoegeng 'Ditendang' Usai Ngotot Tangani Kasus Melibatkan Pejabat Ini.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada tanggal 1 September 1921. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.

Latar belakang keluarga yang disiplin dan taat hukum menjadikannya pribadi yang berintegritas tinggi.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Hoegeng melanjutkan pendidikannya di Rechts Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta. Di sana, ia aktif dalam pergerakan pemuda dan mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib bangsa Indonesia.

Pada tahun 1945, setelah kemerdekaan Indonesia, Hoegeng bergabung dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

Karirnya di kepolisian terbilang cemerlang. Ia dikenal sebagai perwira yang cerdas, berani, dan pantang menyerah.

Salah satu momen penting dalam karirnya adalah saat ia ditugaskan untuk memimpin pasukan dalam pertempuran melawan Belanda di Ambarawa pada tahun 1949.

Keberanian dan kepemimpinannya dalam pertempuran ini mengantarkannya pada kenaikan pangkat dan kepercayaan dari pimpinan.

Sejak awal karirnya, Hoegeng sudah menunjukkan komitmennya untuk memberantas korupsi dan menegakkan hukum.

Ia tak segan-segan untuk menindak para koruptor, bahkan terhadap pejabat tinggi sekalipun.

Salah satu contohnya adalah saat ia menindak tegas kasus korupsi di lingkungan Departemen Pertahanan pada tahun 1950-an.

Ketegasannya ini membuatnya dibenci oleh para koruptor, namun dihormati oleh masyarakat yang mendambakan keadilan.

Melawan Rezim Orde Baru

Hoegeng membawa angin segar bagi institusi Polri yang saat itu marak korupsi. Ia gencar memberantas praktik suap dan menyelundupkan, tak pandang bulu, bahkan terhadap petinggi negara.

Salah satu operasi besarnya adalah membongkar sindikat penyelundupan mobil mewah yang melibatkan oknum pejabat tinggi. Ketegasan dan integritasnya dalam menegakkan hukum menjadikannya panutan bagi masyarakat dan polisi muda.

Namun, komitmen Hoegeng terhadap pemberantasan korupsi tak sejalan dengan kepentingan Orde Baru.

Kegigihannya dalam mengusut kasus korupsi beras Bulog yang melibatkan Bob Hasan, kroni Soeharto, memicu keretakan hubungannya dengan sang presiden. Hoegeng dianggap sebagai penghambat agenda politik Orde Baru.

Puncak ketegangan terjadi saat Hoegeng mencopot Letjen Ali Moertopo, salah satu orang kepercayaan Soeharto, dari jabatannya sebagai Asisten Panglima Komando Operasi (Asop) Kodam Jaya. Pencopotan ini dipicu oleh keterlibatan Ali Moertopo dalam kasus penyelundupan mobil mewah.

Pada tahun 1971, Soeharto memberhentikan Hoegeng sebagai Kapolri dengan alasan masa pensiunnya sudah dekat.

Namun, publik meyakini bahwa pencopotan ini merupakan upaya Soeharto untuk menyingkirkan Hoegeng yang dianggap sebagai batu sandungan bagi rezimnya.

Diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri tidak menyurutkan semangat Hoegeng untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Ia terus aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, menyuarakan kritiknya terhadap praktik korupsi dan ketidakadilan yang merajalela di masa Orde Baru.

Hoegeng aktif menulis artikel dan buku yang mengkritisi rezim Orde Baru dan mendorong reformasi politik.

Ia juga kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar dan diskusi tentang demokrasi dan hak asasi manusia.

Baca Juga: Polisi Mengaku Tangkap Terduga Pembunuah Vina Cirebon Yang 8 Tahun DPO, Netizen Banyak Tidak Yakin

Kematian dan Warisan Abadi

Pada tanggal 14 April 1992, Hoegeng menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta.

Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, namun semangatnya untuk melawan korupsi dan menegakkan hukum terus menginspirasi generasi muda.

Hoegeng dikenang sebagai salah satu pahlawan reformasi yang berani melawan rezim otoriter dan memperjuangkan demokrasi di Indonesia.

Ketegasan, integritas, dan komitmennya pada keadilan menjadikannya teladan bagi para penegak hukum dan seluruh rakyat Indonesia.

Hingga hari ini, sosok Hoegeng masih dikenang sebagai ikon anti-korupsi dan teladan bagi para penegak hukum.

Semangatnya dalam melawan korupsi dan menegakkan keadilan terus menginspirasi generasi muda untuk berani melawan ketidakadilan dan mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---