Find Us On Social Media :

VOC Merinding Ketakutan Lihat Kondisi Mengerikan Prajurit Mataram Yang Gagal Serang Batavia

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 14 Juni 2024 | 13:29 WIB

Sampai dua kali menyerbuan meski gagal, kenapa Sultan Agung dari Mataram Islam begitu bernafsu menyerang VOC di Batavia?

Tanggung jawabannya tidak main-main. Barangkali itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan beban yang diemban oleh para panglima perang Mataram Islam yang diutus untuk menyerang VOC di Batavia. Gagal, kepala jadi tumbalnya.

---

Intisari sudah hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Jika ada raja Mataram Islam yang begitu berambisi mengusir VOC Belanda dari tanah Jawa, Sultan Agung jawabannya. Tidak hanya sekali, raja ketiga Mataram itu bahkan dua kali menyerang VOC di Batavia, meskipun hasilnya sama: gagal.

Sultan Agung berkuasa mulai tahun 1613 hingga 1645 yang membuat Mataram berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara. Ada begitu banyak kisah perjuangan Sultan Agung untuk Kesultanan Mataram, terutama ketika dia menyerang Batavia yang ketika itu dikuasai oleh JP Coen, Gubernur Jenderal VOC tahun 1628.

Pada mulanya, VOC mengirimkan dutanya untuk mengajak Sultan Agung agar mengizinkan VOC mendirikan loji-loji dagang di pantai utara Mataram. Tapi Sultan Agung menolak karena jika diizinkan maka ekonomi di pantai Utara akan dikuasai oleh VOC, yang membuat hubungan keduanya menjadi renggang.

Jayakarta yang ketika itu belum dikuasai Mataram, berhasil direbut VOC pada tahun 1619 dan diubah namanya menjadi Batavia. Batavia yang menjadi penghalang untuk menguasai Banten, perlu diatasi dahulu oleh Mataram, sehingga pada April 1628, Mataram mengirim utusannya, yaitu Kyai Rangga, Bupati Tegal, ke Batavia.

Sayangnya, perundingan itu ditolak oleh JP Coen, yang menyebabkan pertempuran antara Mataram dengan VOC di Batavia.

Dengan menggunakan Armada Bahureksa, pasukan Mataram membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa, dan 12.000 karun beras, berdalih ingin berdagang di Batavia, yang membuat pihak Belanda curiga.

Dengan alasan meminta surat jalan dari pihak Belanda agar dapat berlayar ke Melaka, tiga hari kemudian, tujuh kapal Mataram kembali muncul.