Find Us On Social Media :

Jejak Setapak Sriwijaya Sebagai Penguasa Samudera

By Afif Khoirul M, Kamis, 13 Juni 2024 | 18:00 WIB

Ilustrasi - Faktor yang mendorong Kerajaan Sriwijaya menguasai perdagangan nasional dan internasional sehingga meningkatkan kehidupan sosial ekonomi negaranya.

 

Intisari kini telah hadir di WhatsApp Channel, dapatkan artikel terupdate di sini

Intisari-online.com - Dalam sejarah panjang peradaban manusia, kerajaan dan kekaisaran telah bangkit dan runtuh, meninggalkan jejak-jejak yang terkadang terlupakan oleh waktu. Salah satu contohnya adalah Kerajaan Sriwijaya, yang keberadaannya hampir terhapus dari ingatan sejarah hingga penemuan-penemuan modern mengungkap kembali kejayaannya. _____________________________________________________________________Di masa lalu, kekuatan sebuah kerajaan sering kali diukur dari luas wilayah dan kekuatan militernya. Namun, Kerajaan Sriwijaya, yang berdiri sejak Zaman Perunggu, menantang norma tersebut.Tanpa wilayah yang jelas, banyak kota, atau pasukan besar, Sriwijaya berkembang menjadi kekuatan yang menguasai Asia Tenggara yang menurut beberata catatan sejarah selama hampir 700 tahun.Pada puncaknya, kerajaan ini mengendalikan Selat Malaka, sebuah jalur perdagangan vital yang menghubungkan India dan Tiongkok, serta sebagian besar perdagangan di kawasan tersebut.Meskipun memiliki sejarah panjang dan kekayaan yang melimpah, Sriwijaya lama terlupakan. Palembang, ibu kota Sriwijaya, kini menjadi bagian dari Indonesia, tetapi banyak warga Indonesia modern yang tidak mengetahui tentang kerajaan ini sampai penemuan prasasti oleh sarjana Perancis George Coedes pada tahun 1918.Penemuan ini menunjukkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada di sekitar Sungai Musi, antara Bukit Seguntang dan Sabokingking di Sumatera Selatan.Sriwijaya kini diakui oleh Indonesia sebagai sumber kebanggaan nasional dan bukti kejayaan masa lalu. Namun, klaim atas warisan Sriwijaya tidak hanya dimiliki oleh Indonesia. Di Thailand selatan, tarian Sevichai diciptakan untuk menghormati seni dan budaya kerajaan ini.Bahkan di Filipina, pengaruh Sriwijaya terasa melalui penemuan patung emas Tara di Agusan del Sur dan emas Kinnara dari Butuan.Ada perdebatan mengenai sistem pemerintahan Sriwijaya. Meskipun sering disebut sebagai “kerajaan,” istilah ini mungkin tidak tepat secara teknis. Sriwijaya lebih cocok disebut sebagai “thalassocracy,” sebuah negara yang dominasi wilayahnya adalah maritim.Sebagai thalassocracy, Sriwijaya jarang mendominasi wilayah pedalaman, mirip dengan kerajaan-kerajaan maritim lain seperti Fenisia.Sriwijaya adalah kerajaan perdagangan maritim yang diperintah oleh Maharaja. Berdasarkan perdagangan, datu-datu lokal bersumpah setia kepada Maharajah untuk keuntungan bersama. Wilayah pengaruhnya meliputi Jambi, kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaya, dan Jawa, di mana mereka terkait dengan dinasti Sailendra yang membangun Borobudur.Perdagangan Sriwijaya berkembang ketika pasar Barat melemah dan pasar Tiongkok tumbuh di bawah Dinasti Tang. Para pedagang Austronesia dari kepulauan Asia Tenggara, dengan naluri bisnis yang tajam, memindahkan perdagangan dari Teluk Thailand ke Palembang, memanfaatkan hubungan dengan Tiongkok untuk menguasai pasar.Palembang menjadi pusat keagamaan dan kebudayaan, menyebarluaskan agama Hindu dan Budha serta ide-ide Budha Asia.Sriwijaya mempromosikan diri sebagai pusat kebudayaan, menarik pelajar dari Tiongkok dan India. Kekayaan dan pengaruhnya tumbuh, dan Palembang menggantikan Vyadhapura Funan sebagai pusat perdagangan antara Cina dan India.Sriwijaya mempertahankan kekuasaannya melalui monopoli perdagangan dan kemampuan kepolisian komunitas orang laut, yang memberikan fasilitas dan perlindungan bagi para pedagang.Dominasi Sriwijaya atas selat Malaka dan Sunda bertahan hingga abad ketiga belas, menjadi contoh kekuatan laut yang tangguh dalam catatan sejarah di Nusantara.

*

Intisari kini telah hadir di WhatsApp Channel, dapatkan artikel terupdate di sini

-----

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News